STUDI DESAIN OBSERVASIONAL

on Rabu, 29 Oktober 2014
Secara umum, studi observasi terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu studi deskriptif dan studi analitik. Studi deskriptif umumnya paling sering digunakan untuk menggambarkan pola penyakit dan dan untuk mengukur kejadian dari faktor risiko untuk penyakit (pajanan) pada satu populasi. Sedangkan jika kita ingin mengetahui asosiasi antara kejadian penyakit dan faktor risikonya, maka studi analitik dilakukan. Ada beberapa tipe studi observasional secara umum, antara lain:[1, 2]


Studi deskriptif merupakan langkah awal dalam melakukan investigasi epidemiologi. Studi ini menjawab pertanyaan berkaitan dengan aspek epidemiologi yang meliputi ‘orang, tempat dan waktu ’ dan aspek ini dipergunakan untuk menjawab pertanyaan ‘ siapa?, apa?, dimana? dan ketika?’. Termasuk sebagai studi deskriptif adalah survey prevalensi, studi migrant dan seri penyakit (case series) [1, 2]. Survey prevalensi dilakukan untuk menggambarkan kondisi kesehatan suatu populasi atau faktor resiko kesehatan, misalnya Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia, dilakukan secara rutin setiap dua-tiga tahun sekali, untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia dan berguna untuk melakukan perencanaan kesehatan.

Studi migrant dilakukan jika kita ingin melihat perbedaan kondisi kesehatan atau penyakit pada masyarakat berbeda etnik, suku dan negara. Studi ini juga melihat perubahan pola penyakit pada etnik yang berbeda jika mereka bermigrasi ke negara lainnya. Misal, etnik Jawa yang tinggal di Indonesia akan memiliki pola penyakit berbeda dengan etnik Jawa yang telah lama tinggal di Australia. Ataupun perbedaan pola penyakit etnik Jepang yang tinggal di Jepang dan etnik Jepang yang telah lama bermigrasi ke Amerika. Sedangkan, case series (studi kasus berturut-turut) dilakukan jika kita ingin melihat karakteristik suatu penyakit yang terjadi di suatu populasi. Misal, kejadian Flu Burung pada manusia di Indonesia. Kita bisa mempelajari karakteristik pasien Flu Burung di Rumah Sakit X di Indonesia dengan memperhatikan perbedaan karakteristik pasien, gejala umum dan spesifik Flu Burung pada beberapa pasien yang positif ataupun terduga (suspect) menderita Flu Burung.

Ketika kita akan menggali pertanyaan ‘kenapa’, kita perlu melakukan studi analitik untuk menjawab pertanyaan tersebut. Studi Analitik merupakan studi yang menganalisa hubungan antara status kesehatan dan variabel lainnya[1, 2]. Sebagai contoh, penelitian Najmah dkk [3], melakukan investigasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan alat dan jarum suntik tidak steril pada pengguna napza suntik. Selain melakukan studi deskriptif sebagai langkah Epidemiologi awal, peneliti menggambarkan karakterikstik penasun di Kota Palembang, peneliti melakukan studi analitik juga untuk mengetahui, hubungan antara faktor karakteristik penasun dan variabel lainnya (lama menggunakan napza suntik, pengetahuan tentang har m reduction dan HIV, sikap terhadap harm reduction dsb) terhadap perilaku penggunaan jarum dan alat suntik steril. Peneliti melakukan studi analitik dengan menganalisa hubungan antara karakteristik penasun, dan variabel lainnya terhadap perilaku penasun tersebut. 

Studi lainnya, misalnya kejadian patah tulang pinggul pada wanita lansia di Indonesia, ketika kita melakukan studi deskriptif apa yang bisa kita investigasi? Kita bisa investigasi beberapa pertanyaan seperti:
  1. Gambaran dimensi-dimensi tulang pinggul lansia berdasarkan hasil X-Ray, seperti kepadatan tulang, diameter endokortikal, lebar leher femur, dan dimensi lainnya
  2. Prevalensi patah tulang pinggul pada wanita lansia pada desa dan kota di 10 Provinsi terbesar di Indonesia
  3. Trend kejadian patah tulang pinggul pada wanita lansia dari tahun 2005-2014 di Indonesia
  4. Proporsi konsumsi vitamin D, kalsium dan penggunaan hormon steroid pada wanita lansia
  5. Gambaran kebiasaan aktifitas fisik wanita lansia di Indonesia



Bagaimana studi analitik? Kita bisa menghubungkan beberapa variabel, misalnya:
  1. Identifikasi perbedaan umur dan kepadatan tulang pada wanita lansia
  2. Analisa hubungan konsumsi kalsium dan vitamin D terhadap kejadian patah tulang pinggul
  3. Identifikasi hubungan antara aktifitas fisik dan pencegahan patah tulang pinggul pada wanita lansia dan sebagainya.

Langkah-langkah dalam menentukan tipe desain studi observasional dalam epidemiologi[1, 2], pelajari kembali STUDI KASUS 1

Tahap pertama: tentukan variabel dependen dan variabel independennya. Dalam studi ini, dapat kita pelajari bahwa variabel independennya adalah Program Terapi Rumatan Metadon sedangkan variabel dependennya adalah angka kesakitan atau kematian akibat HIV/AIDS dan penyakit yang ditularkan melalui darah lainnya dan overdosis narkoba


Tahap kedua: tentukan studi desain yang tepat untuk mengetahui efektivitas PTRM. Secara garis besar, studi desain observasional ada 3 jenis:Potong Lintang (Cross sectional), Kohort (Cohort), dan Kasus Kontrol (Case-control). Perbedaan secara umum terletak pada faktor paparan (exposure factors) dan kejadian penyakit (disease). Studi desain potong lintang, faktor paparan dan kejadian penyakit terjadi pada masa sekarang secara bersamaan (in the present); studi desain kasus-kontrol, faktor paparan terjadi dimasa lalu dan kejadian penyakit terjadi pada masa sekarang; sedangkan desain kohort, faktor paparan terjadi dimasa sekarang, lalu diselidiki hingga kejadian penyakit apakah akan terjadi di masa depan.


Studi lainnya, studi ekologi jarang digunakan untuk membuktikan uji hipotesa sebab akibat tetapi sering menjadi dasar untuk mengembangkan hipotesa. Studi ini mudah dilakukan jika data rutin siap tersedia, tapi hasil studi ekologi sulit untuk interpretasikan. Perbedaan angka kesakitan atau kematian pada beberapa populasi yang dibandingkan sangat besar dipengaruhi oleh faktor paparan lainnya, dengan kata lain faktor perancu dalam studi ekologi sangatlah tinggi[2].


Desain Potong lintang (Cross Sectional)
Bila kita memiliki keterbatasan dana, waktu dan tenaga, alternatif desain yang sederhana adalah desain potong lintang. Desain potong lintang dikenal juga dengan istilah survey. Kunci utama dalam desain potong lintang adalah sampel dalam suatu survey direkrut tidak berdasarkan status paparan atau suatu penyakit/ kondisi kesehatan lainnya, tetapi individu yang dipilih menjadi subjek dalam penelitian adalah mereka yang diasumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti dan mewakili populasi yang akan diteliti secara potong lintang sehingga hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi. Oleh karena itu, faktor paparan dan kejadian penyakit/kondisi kesehatan diteliti dalam satu waktu.[2]
Dalam studi kasus 1, kita mengamati pengguna narkoba suntik tanpa membedakan mereka akses atau tidak akses PTRM atau status mereka dari HIV/AIDS atau overdosis narkoba. Sampel kita semua pengguna narkoba lalu kita telusuri apakah mereka akses PTRM dan pernah overdosis atau sebaliknya. Perhitungan yang bisa dihitung angka prevalensi dan rasio prevalensi. Kita mengumpulkan data dalam satu waktu dengan target sampel adalah pengguna narkoba suntik di suatu daerah atau Provinsi (lihat gambar 5)

Banyak sekali survey, studi deskriptif yang dilakukan di Indonesia. Contoh penelitian yang menggunakan desain ini adalah Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan Kementrian Kesehatan Indonesia, surveilans terpadu biologis dan perilaku (STBP) pada kelompok resiko tinggi HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Jika kita ingin menganalisa lebih lanjut dengan menghubungkan beberapa variabel yang ada pada survey diatas, misalnya hubungan antara pengetahuan ibu tentang HIV/AIDS terhadap sikap ibu kepada ODHA, data pada Riskesdas maka kita lakukan studi potong lintang dan bisa menghitung rasio prevalensi atau asosiasi yang kita inginkan.

Kelemahan studi desain potong lintang, antara lain:
  1. Keterbatasan dimensi dari interpretasi sebab akibat, yang kita kenal dengan istilah fenomena ayam dan telur (chicken and egg), kita kurang mengetahui apakah sebab atau akibat duluan dari suatu kondisi kesehatan atau penyakit.
  2. Desain ini tidak efisien untuk faktor paparan atau penyakit (outcome) yang jarang terjadi. Untuk pengolahan data analitik, kita membutuhkan faktor paparan dan penyakit dengan jumlah yang cukup sehingga peneliti bisa melakukan analisa asosiasi lebih lanjut.
  3. Kasus prevalensi kemungkinan tidak mewakili semua populasi jika angka rata –rata respons (response rate) yang bersedia mengikuti survey tidak mencapai target yang ditentukan.
Adapun kelebihan dari desain potong lintang adalah:
  1. Mengukur angka prevalensi, bukan angka insidens
  2. Sampel dalam studi dapat mewakili populasi dengan teknik sampling
  3. Metode dan desain serta definisi penelitian bisa distandardisasi, reliable dan single blind sehingga survey berulang dapat dilakukan untuk mengetahui trend penyakit atau kondisi kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan suatu negara dalam kurun waktu tertentu.
  4. Sumber daya dan dana yang efisien karena pengukuran dilakukan dalam satu waktu
  5. Kerjasama penelitian (response rate) dengan desain ini umumnya tinggi.

Desain Kasus Kontrol
Ketika kita bisa membedakan status responden sebagai kelompok yang menderita suatu penyakit atau suatu kondisi kesehatan dan status responden yang sehat atau memiliki penyakit lainnya, maka kita bisa melakukan penelitian dengan kasus kontrol atau case control. Ada dua kelompok partisipan yang akan direkrut dalam penelitian dengan studi ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol. Partisipan di kelompok kasus pada sumber populasi didefinisikan sebagai semua orang yang akan datang ke pusat layanan kesehatan, baik Klinik, Puskesmas maupun Rumah Sakit dan datanya akan disimpan dalam rekam medis jika mereka menderita penyakit yang akan diteliti. Permasalahan yang sering muncul, pusat layanan kesehatan umumnya melayani masyarakat yang berbeda penyakitnya sehingga pola rujukan dan reputasi pusat layanan kesehatan sangat menentukan perekrutan kelompok kasus yang optimal [5].

Sedangkan, partisipan pada kelompok kontrol, dapat dipilih dengan beberapa cara, antara lain[5]:

  1. Kontrol dari Populasi (Population controls): kelompok kontrol diambil langsung dari populasi, umumnya dilakukan jika ada data registrasi populasi, atau kelompok tertentu. Hal ini biasanya dilakukan di negara maju yang memiliki data registrasi yang komprehensif sehingga bisa dilakukan melalui telepon, dan melalui surat/pos.
  2. Kontrol dari tetangga(Neighbourhood controls): kelompok kontrol diambil dari sekitar kelompok kasus yang ada, misal lebih kurang 10 meter tinggal di sekitar kasus. Misal, satu kasus yang melakukan bunuh diri, kelompok kontrol dipilih dari tetangga yang tidak melakukan bunuh diri.
  3. Kontrol dari Klinik atau Rumah Sakit (Hospital or clinic based controls): kelompok kontrol dipilih pada pusat layanan kesehatan yang sama dengan kelompok kasus direkrut, tetapi memiliki penyakit yang berbeda dan penyakitnya tidak berhubungan dengan faktor paparan pada kelompok kasus, misal kelompok kasus adalah pasien Kanker Paru, kelompok kontrol bisa dipilih dari pasien yang menderita gangguan pencernaan, sangat dihindari memilih kelompok kontrol yang juga merokok karena berhubungan dengan kanker paru.
  4. Kontrol dari orang yang telah meninggal (Dead people): kelompok kontrol direkrut dari responden yang telah meninggal karena penyakit lain dari kelompok kasus, umumnya kita menggunakan proxy atau perwakilan kelompok kontrol yang bisa kita wawancarai sama seperti menginvestigasi informasi dari keluargakelompok kasus yang telah meninggal.
Mari kita aplikasikan studi kasus 1 dengan studi desain kasus kontrol, penulis telah membuat alur penelitian dengan desain kasus kontrol dibawah ini, coba jelaskan bagaimana penelitian ini bisa dilakukan dengan desain ini. Silahkan coba anda jelaskan alur diatas, Apa yang kita mulai, dari mana kita memulai dan apa yang kita telusuri ke belakang??


Untuk memahami desain ini, kita lanjutkan pada studi kasus 2. 

“Peneliti ingin mengetahui apakah status gizi ibu mempengaruhi kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) di Sumatera Selatan.Karena kejadian BBLR tidak terlalu sering terjadi, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan desain kasus kontrol”.Apa yang harus kita pahami dalam studi kasus 2 ini? 
Pertama, peneliti menentukan kriteria kelompok kontrol dan kasus. Untuk kelompok kontrol, peneliti memberi kriteria yaitu ibu yang melahirkan anak yang tidak BBLR (>=2500 gram), sedangkan untuk kelompok kasus, kriteria inklusinya adalah ibu yang melahirkan anak yang BBLR. Peneliti ingin mengetahui hubungan status gizi ibu dengan resiko terjadinya BBLR. Lalu peneliti menanyakan pertanyaan berkaitan dengan status gizi(dengan kategori status gizi ibu baik dan status ibu gizi kurang) dan resiko BBLR kepada ibu-ibu yang baru saja melahirkan anaknya di beberapa Rumah Sakit dan Klinik Bersalin di Sumatera Selatan. Coba perhatikan alur desain penelitian kasus kontrol dbawah ini, dan coba buat alur yang sama untuk studi kasus BBLR.

Silahkan gambar alur penelitian studi kasus 2 Status gizi Ibu dan kejadian BBLR dengan studi desain kasus kontrol berdasarkan gambar 8.

Berdasarkan dua studi kasus sebelumnya, mari kita simpulkan kelemahan dan kelebihan penelitian dengan menggunakan studi desain kasus kontrol. Kelemahan penelitian dengan studi desain kasus kontrol adalah, [5],
  1. Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan kita kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
  2. Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya. Kasus dipilih dari populasi sumber yang memiliki outcome, sedangkan kelompok kontrol merupakan estimasi distribusi faktor paparan dari populasi sumber, sehingga hasil perhitungan yang kita dapatkan adalah Odds Rasio (OR). Walaupun asosiasi bisa ditegakkan dengan perhitungan Odds rasio, tetapi tidak bisa menghitung resiko absolut (abosulute risk) karena angka insidens tidak diketahui
  3. Bias seleksi. Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor resiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus, karena kemungkinan kelompok kontrol bisa menderita sakit yang sama seperti kelompok kasus, tetapi masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan faktor resiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadinya bias seleksi sangat besar. Misal, untuk mengetahui hubungan antara kasus kanker paru-paru dan merokok. Untuk pemilihan kasus kontrol, peneliti harus semaksimal mungkin untuk memilih kelompok ini pada pasien penyakit selain kasus kanker, yang tidak terpapar dengan rokok, misal penyakit mag, pasien katarak yang bukan perokok dsb.
  4. Bias Informasi. Seperti kita pahami, bahwa informasi yang kita akan dapatkan tergantung daya ingat responden. Rekam medis dapat meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor resiko/paparan terdokumentasi pada rekam medis. Oleh karena itu, kemungkinan bias pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok kasus akan cenderung lebih mengingat faktor resiko yang dia alami daripada kelompok kontrol. Seperti contoh diatas, ibu dengan anak BBLR, umumnya daya ingat akan faktor paparan yang dia alami, memorinya akan lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal, misalnya status merokok, status gizi, periksa kehamilan dan sebagainya.
Untuk kelebihanya, tentu saja desain ini sangat tepat sekali pada kasus yang jarang terjadi di masyarakat, seperti kasus kanker, HIV/AIDS, sehingga kita bisa mengetahui faktor risiko suatu kondisi kesehatan dengan metode retrospektif dengan cepat, responden ditanya tentang faktor paparan yang telah terjadi pada periode tertentu di masa lampau hingga terjadinya penyakit. Kemudian, desain ini bisa dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome. Odds rasio nilainya mendekati risk rasio (risk ratio), terutama pada kasus yang jarang terjadi. Nilai odds rasio merupakan rata-rata, karena kelompok kasus dan kontrol seharusnya mewakili populasi dengan memperhatikan paparan [5].

Desain Kohort
Ketika peneliti mempunyai waktu, tenaga dan pendanaan yang cukup dan telah banyak penelitian sebelumnya melakukan penelitian dengan desain potong lintang dan kasus-kontrol, maka pilihan selanjutnya adalah desain kohort. Kelebihan studi kohort adalah kita bisa menilai kausalitas karena faktor paparan terjadi sebelum responden sakit, sehingga adanya tingkat alur jelas antara faktor paparan kemudian baru terjadi sakit. Oleh karena itu, tingkat bias bisa diminimalisir terutama bias informasi, karena responden diikuti oleh peneliti ke depan (prospektif). Kemudian faktor perancu bisa dikontrol dan memungkinkan beberapa outcome hasil penelitian dapat dihasilkan dalam penelitian ini. Studi ini juga sangat baik untuk faktor paparan yang jarang terjadi dan memungkinkan peneliti menghitung angka insiden (incidence rates).
Kelemahan studi dengan desain kohort adalah memerlukan waktu yang panjang terutama untuk mengetahui efek dari beberapa faktor paparan karena desain ini umumnya untuk menginvestigasi penyakit kronik. Desain ini juga membutuhkan jumlah sampel penelitian dalam cukup besar yang bisa bermanfaat jika adanya banyak sampel yang hilang sepanjang penelitian berlangsung dalam periode tertentu (loss of follow up). Biaya yang dibutuhkan juga tidak murah pada desain ini. Kelemahan lainnya, jika penyakit yang diteliti jarang terjadi baik di group yang terpapar dan group tidak terpapar, sangat sulit sekali mencari responden dalam jumlah yang sangat banyak.
Contoh yang fenomenal adalah Framingham Cohort, yang dilakukan pada lebih dari 5209 responden yang berumur 30-62 tahun di Framingham, Ma, Boston hingga tiga generasi yang dimulai pada tahun 1948 dan diikuti hingga lebih dari 50 tahun kedepan(untuk melihat hasil penelitian dapat diakses di http://www.bmc.org/strokecerebrovascular/research/framinghamstudy.htm).

Sudah lebih dari 1000 publikasi untuk penelitian ini. Contoh beberapa topik yang sudah dieksplorasi selama lebih kurang 50 tahun itu antara lain:

  1. Faktor risiko vaskular baik yang konvensional maupun baru
  2. Tindakan longitudinal penyakit subklinis yang dikumpulkan melalui ultrasound seri karotis, echocardiography, tonometry arteri dan CT dan MR pencitraan struktur jantung , arteri pusat dan arterosklerosis koroner.
  3. Data mengenai perubahan struktural dan fungsional subklinis yang menyertai penuaan otak dikumpulkan melalui MRI otak volumetrik dan pengujian kognitif rinci.
  4. Data insiden titik akhir klinis stroke, gangguan kognitif ringan tanpa demensia dan demensia klinis ( pembuluh darah dan tipe alzheimer ). Data ini dikumpulkan melalui pemeriksaan dan tindak lanjut oleh ahli saraf studi dan neuropsychologists. Informasi tentang fase klinis setelah onset penyakit juga tersedia.
  5. Informasi mengenai diet, aktivitas fisik, depresi dan jaringan sosial
  6. Data alternatif penyebab morbiditas dan mortalitas termasuk kanker, jantung dan penyakit pembuluh darah perifer, tulang, paru-paru dan penyakit ginjal
  7. Database genetik padat termasuk genom informasi polimorfisme lebar pada 550.000 SNP dan pemetaan lebih dari 50 gen kandidat potensial relevansi kardiovaskular pada lebih dari 9000 orang di 3 generasi
Untuk studi kasus 1, PTRM dan kejadian kematian akibat overdosis atau kesakitan akibat HIV/AIDS, penulis telah membuat alur penelitian dengan desain kohort dibawah ini, coba jelaskan bagaimana penelitian ini bisa dilakukan dengan desain ini !


LATIHAN STUDI DESAIN EPIDEMIOLOGI
  1. Jelaskan perbedaan studi kohot dan studi potong lintang?
  2. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
  3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
  4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
  5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
  6. Buatlah mind mapping kesimpulan materi studi desain observasional?
DAFTAR PUSTAKA 
  1. Bonita R, Baeglehole R, Kjellstorm T. Basic of Epidemiology. Switzerland: WHO Press; 2006 [cited. Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9241547073_eng.pdf. p.39-51
  2. Webb P, Bain C, Pirozzo S. Essential Epidemiology, An Introduction for Students and Health Professionals. New York: Cambridge University Press; 2005. p. 118-145
  3. Najmah, Nuralam Fajar, RIco Januar Sitorus. The Effect of Needle and Syringe Program on Injecting Drug Users’ Use of Non-Sterile Syringe and Needle Behaviour in Palembang, South Sumatera Province, Indonesia International Journal of Public Health Research 2011; (Spesial Issue):193-9.
  4. Najmah, L. Gurrin, M.Henry, J.Pasco. Hip Structure Associated With Hip Fracture in Women: Data from the Geelong Osteoporosis Study (Gos) Data Analysis-Geelong,Australia. International Journal of Public Health Research 2011. 2011(Special Issue):185-92.
  5. Rothman KJ. Epidemiology, An Introduction. New York: Oxford University Press; 2002. p.57-93
  6. Richards D, Les Toop, Stephen Chambers, Lynn Fletcher. Response to antibiotivs of women with symptoms of urinary tract infection but negative dipstick urine test results: double blind randomised controlled trial. BMJ. 2008 22 June 2005:1-5.
  7. Sacher PM, Maria Kolotourou, Paul M. Chadwick, Tim J. Cole, Margaret S. Lawson, Alan Lucas, et al. Randomized Controlled Trial of the MEND Program: A Family-based Community Intervention for Childhood Obesity. Obesity. 2010;18(1):S62-S8.
  8. Elwood M. Critical Appraisal of Epidemiological Studies and Clinical Trials. New York: Oxford University Press; 2007. p. 19-44
  9. Dallas E. Study Design in Epidemiology. Melbourne; 2008 Contract No.: Document Number|.

95 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Nama : Ria Puspita Sari
NIM : 10111001019
LATIHAN STUDI DESAIN EPIDEMIOLOGI
Jawaban:
1. Perbedaan studi Kohort dan Studi Potong Lintang
Studi kohort:
a. Merupakan penelitian epidemiologi analitik non eksperimental yang mengkaji hubungan antar “Faktor Risiko” dan “Efek”
b. Pendekatan waktu : prospektif ( kausa/ FR diidentifikasi terlebih dahulu lalu diikuti sampai waktu tertentu untuk melihat efek/penyakit )
c. Suatu studi pengamatan lanjut (follow-up) dengan direksionalitas ke depan
d. Tersedianya kelompok subyek tanpa efek tertentu sejak awal penelitian
e. Dapat prospektif atau retrospektif, pada kohort retrospektif, prinsipnya sama dengan kohort prospektif, bedanya : identifikasi faktor risiko dan efek yang telah terjadi pada masa lampau
f. Memerlukan waktu yang lama dan biaya mahal dibangding cross-sec
g. Perlu sarana dan pengelolaan yang rumit
h. Kemungkinan adanya subyek penelitian yg drop out sehingga dapat mengganggu hasil
i. Adanya masalah etis, terkait pengamatan subyek dari awal sampai terjadinya efek

Studi Potong Lintang:
a. Merupakan studi epidemiologi deskriptif yang digunakan untuk mempelajari dinamika hubungan (korelasi) antara “faktor risiko” dan “efek” dengan menggunakan “point time approach” (observasi/pengukuran terhadap faktor risiko dan efek dilakukan pada saat yang sama.
b. Mudah dilakukan dan relatif murah dibanding studi cohort
c. Mempunyai kontrol sebagai pembanding
d. Dapat memberikan informasi frekuensi & distribusi penyakit yang menimpa masyarakat, serta informasi mengenai faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit.
e. Dapat dipakai untuk mengetahui stadium dini atau kasus sub klinik dari suatu penyakit.
f. Diperoleh informasi secara cepat
g. Tidak dapat dipakai untuk penelitian terhadap penyakit yang akut atau cepat sembuh.
h. Time sequence tidak jelas
i. Simpulan korelasi faktor risiko dengan penyakit lemah

Unknown mengatakan...

2. Contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol:
a. Hubungan status gizi ibu terhadap kejadian BBLR pada bayi
b. Hubungan antara perilaku merokok dengan Ca. Paru
c. Hubungan antara kanker serviks dengan perilaku seksual
d. Hubungan antara tuberculosis anak dengan pemberian vaksinasi BCG
e. Hubungan antara status gizi bayi berusia satu tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu
f. Hubungan pemberian esterogen pada ibu pada periode sekitar konsepsi dengan kejadian tingginya risiko terjadinya kelainan jantung bawaan
g. Hubungan antara malnutrisi pada anak balita dengan perilaku pemberian makanan oleh ibu

3. Contoh judul penelitian dengan studi desain kohort:
a. Hubungan antara perilaku merokok dengan Ca. Paru
b. Hubungan jajan sembarangan dan perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian thypoid pada anak
c. Hubungan antara ibu dengan perilaku merokok berat dengan kejadian kasus BBLR
d. Hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah

4. Contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang:
a. Hubungan kualitas menyusui terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu
b. Hubungan antara perilaku ibu yang perokok berat dengan kejadian kasus BBLR
c. Hubungan antara perilaku merokok dengan Ca. Paru
d. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang HIV/AIDS terhadap sikap ibu kepada ODHA

5. Kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol:
Kelebihan:
a. Berguna untuk meneliti masalah kesehatan yang jarang terjadi di masyarakat
b. Sangat berguna untuk meneliti masalah kesehatan yang terjadi secara laten di masyarakat.
c. Memungkinkan mendapatkan jumlah kasus yang cukup bila dilakukan pada studi penyakit kronik atau penyakit yang jarang atau penyakit dengan masa laten yang panjang
d. Butuh waktu singkat dan biaya rendah dibanding studi cohort.
e. Waktu pendek
f. Cenderung memerlukan ukuran sampel yang lebih kecil dari rancangan lain
g. Dapat mengevaluasi dampak berbagai eksposur yang berbeda

Kelemahan:
a. Faktor risiko dikumpulkan setelah penyakit terjadi sehingga data tidak lengkap dan terjadi penyimpangan.
b. Sulit menghindari bias (terutama bias informasi).
c. Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita dimulai dari satu kondisi kesehatan dan kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
d. Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya. Kasus dipilih dari populasi sumber yang memiliki outcome, sedangkan kelompok kontrol merupakan estimasi distribusi faktor paparan dari populasi sumber, sehingga hasil perhitungan yang kita dapatkan adalah Odds Rasio (OR). Walaupun asosiasi bisa ditegakkan dengan perhitungan Odds rasio, tetapi tidak bisa menghitung resiko absolut (abosulute risk) karena angka insidens tidak diketahui
e. Bias seleksi. Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor resiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus, karena kemungkinan kelompok kontrol bisa menderita sakit yang sama seperti kelompok kasus, tetapi masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan faktor resiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadinya bias seleksi sangat besar
f. Bias Informasi. Seperti yang dipahami, bahwa informasi yang akan didapatkan tergantung daya ingat responden. Rekam medis dapat meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor resiko/paparan terdokumentasi pada rekam medis. Oleh karena itu, kemungkinan bias pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok kasus akan cenderung lebih mengingat faktor resiko yang dia alami daripada kelompok kontrol.

Unknown mengatakan...

OLGA DWIYANI
10111001042

1. Perbedaan studi kohort dan studi potong lintang
Studi kohort adalah studi yang dilakukan ketika seprang peneliti mempunyai waktu, tenaga dan pendanaan yang cukup (lebih cukup dibanding kasus control/potong melintang). Studi kohort mampu menilai kausalitas karena factor paparran terjadi sebelum responden sakit, sehingga ada tingkat alur jelas antara factor paparan kemudian baru terjadi sakit. Oleh karenanya, tingkat bias bias diminimalisir terutama bias informasi, karena responden diikuti oleh peneliti ke depan (prospektif). faktor perancu bisa dikontrol dan memungkinkan beberapa outcome hasil penelitian dapat dihasilkan dalam penelitian ini. Studi ini juga sangat baik untuk faktor paparan yang jarang terjadi dan memungkinkan peneliti menghitung angka insiden (incidence rates)

Studi Potong lintang (cross sectional) kita lakukan apabila kita memiliki keterbatasan dana, waktu dan tenaga, alternatif desain yang sederhana. Desain potong lintang dikenal juga dengan istilah survey. Kunci utama dalam desain potong lintang adalah sampel dalam suatu survey direkrut tidak berdasarkan status paparan atau suatu penyakit/ kondisi kesehatan lainnya, tetapi individu yang dipilih menjadi subjek dalam penelitian adalah mereka yang diasumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti dan mewakili populasi yang akan diteliti secara potong lintang sehingga hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi. Oleh karena itu, faktor paparan dan kejadian penyakit/kondisi kesehatan diteliti dalam satu waktu.

2. Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus control
- Hubungan antara Penyakit Diabetes Mellitus (DM) pada remaja dengan perilaku pemberian makanan.
- Pengaruh Kejadian BBLR dengan Status Gizi Ibu di Sumatera Barat
- Huubungan MPerilaku merokok dengan kejadian karsinoma paru-paru

3. Contoh penelitian dengan desain studi kohort
- Hubungan antara kejadian Penyakit Jantung dengan Kebiasaan Merokok
- Hubungan antara Kehamilan di luar Rahim dengan pemakaian IUD
- Hubungan antara Kejadian Diare dengan kebiasaan jajan sembarangan anak SD

4. CONTOH PENELITIAN DENGAN STUDI POTONG LINTANG (CROSS SECTIONAL)
- hubungan antara kebiasaan menggunakan obat nyamuk semprot dengan batuk kronik berulang (BKB) pada anak balita.
- hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan berat badan bayi lahir (BBL)
- Hubungan Kualitas Menyusui dengan Kelancaran Pengeluaran ASI

Unknown mengatakan...

lanjutan ....
5. Kelemahan dan kelebihan desain studi kasus control
a. Kelemahan
- Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan kita kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.

- Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya. Kasus dipilih dari populasi sumber yang memiliki outcome, sedangkan kelompok kontrol merupakan estimasi distribusi faktor paparan dari populasi sumber, sehingga hasil perhitungan yang kita dapatkan adalah Odds Rasio (OR). Walaupun asosiasi bisa ditegakkan dengan perhitungan Odds rasio, tetapi tidak bisa menghitung resiko absolut (abosulute risk) karena angka insidens tidak diketahui.


- Bias seleksi.
Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor resiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus, karena kemungkinan kelompok kontrol bisa menderita sakit yang sama seperti kelompok kasus, tetapi masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan faktor resiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadinya bias seleksi sangat besar. Misal, untuk mengetahui hubungan antara kasus kanker paru-paru dan merokok. Untuk pemilihan kasus kontrol, peneliti harus semaksimal mungkin untuk memilih kelompok ini pada pasien penyakit selain kasus kanker, yang tidak terpapar dengan rokok, misal penyakit mag, pasien katarak yang bukan perokok dsb.

- Bias Informasi.
Seperti kita pahami, bahwa informasi yang kita akan dapatkan tergantung daya ingat responden. Rekam medis dapat meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor resiko/paparan terdokumentasi pada rekam medis. Oleh karena itu, kemungkinan bias pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok kasus akan cenderung lebih mengingat faktor resiko yang dia alami daripada kelompok kontrol. Seperti contoh diatas, ibu dengan anak BBLR, umumnya daya ingat akan faktor paparan yang dia alami, memorinya akan lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal, misalnya status merokok, status gizi, periksa kehamilan dan sebagainya.


b. Kelebihan
- desain ini sangat tepat sekali pada kasus yang jarang terjadi di masyarakat, seperti kasus kanker, HIV/AIDS, sehingga kita bisa mengetahui faktor risiko suatu kondisi kesehatan dengan metode retrospektif dengan cepat, responden ditanya tentang faktor paparan yang telah terjadi pada periode tertentu di masa lampau hingga terjadinya penyakit.
- desain ini bisa dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome.
- Tidak menghadapi kendala etik, seperti halnya penelitian kohort dan eksperimental.
- Biaya yang diperlukan relative lebih sedikit
- Memungkinkan untuk midentifikasi pelbagai factor risiko sekaligus

nniikenmout mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
nniikenmout mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
DMAtikah mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
DMAtikah mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Nama : Jesica Joana Khalim
NIM : 10111001031


1. Jelaskan perbedaan studi kohot dan studi potong lintang?
Kohort
Desain Penelitian :
Mempelajari hubungan natara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok terpapar berdasarkan status penyakit.

Metode Penelitian :
Longitudinal prospective (dimulai dari status keterpaparan kemudian dilakukan penelusuran kedepan terhadap suatu penyakit).

Waktu / biaya :
Kurang efisien dari segi waktu dan biaya.

Hasil penelitian :
Menerangkan hubungan antara factor risiko dan efek Penyakit yang diteliti. Tidak efisien untk penyakit yang jarang.

Informasi :
Tidak akan terjadi recall bias

Rumus : RR = a / (a+b) : c / (c+d)

POTONG LINTANG
Desain Penelitian :
Mempelajari/mengukur hubungan penyakit (akibat) dengan pajanan (penyebab) dalam waktu yang bersamaan pada satu saat.

Metode Penelitian :
Diperoleh prevalensi suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat, (Prevalence study).

Waktu / biaya :
Mudah, murah, dan hasilnya relatif cepat dapat diperoleh.

Hasil penelitian :
Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan. Penyakit yang diteliti dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.

Informasi :
Bisa terjadi recall bias

Rumus : RP = a/(a+b) : c/(c+d)

2. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
a. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Stroke Di Rsud Dr. Doris Syvanus Palangka Raya
b. Paparan Polusi Rumah Tangga Sebagai Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Balita Di Kabupaten Temanggung
c. Kurang Energi Kronis (kek) Ibu Hamil Sebagai Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah (bblr) Di Kabupaten Bantul

3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
a. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah.
b. Jarak Antara Kehamilan Dan Resiko Abortus Spontan Di Kabupaten Musi Banyuasin

4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain Cross sectional ?
a. Analisa Pemilihan Terapi Kombinasi Metformin Dengan Penambahan Satu Obat Sulfonylurea Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
b. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamsoskes Sumatera Selatan (sumsel) Semesta Di Puskesmas Kabupaten Muara Enim
c. Hubungan Antara Kadar Superoksid Dismutase (sod) Dengan Arus Puncak Ekspirasi Pada Anak Asma

5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
Kelebihan
a. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.
b. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
c. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.
d. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).
e. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
Kelemahan
a. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas pengukuran variabel yang kurang).
b. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
c. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.
d. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.
e. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
f. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.

Lathifa Umami mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Nama : Titin Elia Ningsi Harahap
Nim : 10111001023

1. Perbedaan studi Kohort dan studi Potong lintang
Perbedaan secara umum terletak pada faktor paparan (exposure factors) dan kejadian penyakit (disease). Pada Studi desain potong lintang, faktor paparan dan kejadian penyakit terjadi pada masa sekarang secara bersamaan (in the present), sedangkan desain kohort, faktor paparan terjadi dimasa sekarang, lalu diselidiki hingga kejadian penyakit apakah akan terjadi di masa depan.
a. Studi potong lintang (cross sectional) adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode. yang dimaksud satu periode misalnya satu tahun. Dalam rancangan studi potong lintang, peneliti memotret frekuensi dan karakter penyakit serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi pada satu saat tertentu. Konsekuensinya data yang dihasilkan adalah prevalensi. Sehingga studi potong lintang disebut juga survai prevalensi. Tujuan studi potong lintang adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinan pada populasi sasaran.
b. Studi Kohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit. Ciri-ciri studi kohort adalah pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek dalam perkembangannya mengalami penyakit yang diteliti atau tidak. Kelompok-kelompok studi dengan karakter tertentu yang sama (yaitu pada awalnya bebas dari penyakit) tetapi memiliki tingkat paparan yang berlainan, dan kemudian dibandingkan insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu, disebut kohort.

2. Contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol:
a. Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Kebiasaan Merokok pada Ibu Hamil.
b. Hubungan hubungan antara perilaku merokok dan kanker paru-paru
c. Hubungan ubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan Kejadian Thypoid.
3. Contoh judul penelitian dengan studi desain Kohort :
a. Hubungan antara kebiasaan mandi di sungai dengan bakteriura pada anak 5-10 tahun.
b. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah.
c. Hubungan antara kehamilan di luar rahim dengan pemakaian IUD
d. Hubungan antara perilaku merokok demgan Ca paru

Unknown mengatakan...

sambungan
4. Contoh judul penelitian dengan studi desai potong lintang :
a. Hubungan Kualitas Menyusui dengan Kelancaran Pengeluaran ASI
b. Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan Kejadian Thypoid.
c. hubungan antara tumbuh kembang anak dengan pemberian ASI eksklusif
5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
A. Kelemahan :
1. Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan kita kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
2. Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya. Kasus dipilih dari populasi sumber yang memiliki outcome, sedangkan kelompok kontrol merupakan estimasi distribusi faktor paparan dari populasi sumber, sehingga hasil perhitungan yang kita dapatkan adalah Odds Rasio (OR). Walaupun asosiasi bisa ditegakkan dengan perhitungan Odds rasio, tetapi tidak bisa menghitung resiko absolut (abosulute risk) karena angka insidens tidak diketahui
3. Bias seleksi. Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor resiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus, karena kemungkinan kelompok kontrol bisa menderita sakit yang sama seperti kelompok kasus, tetapi masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan faktor resiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadinya bias seleksi sangat besar. Misal, untuk mengetahui hubungan antara kasus kanker paru-paru dan merokok. Untuk pemilihan kasus kontrol, peneliti harus semaksimal mungkin untuk memilih kelompok ini pada pasien penyakit selain kasus kanker, yang tidak terpapar dengan rokok, misal penyakit mag, pasien katarak yang bukan perokok dsb.
4. Bias Informasi. Seperti kita pahami, bahwa informasi yang kita akan dapatkan tergantung daya ingat responden. Rekam medis dapat meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor resiko/paparan terdokumentasi pada rekam medis. Oleh karena itu, kemungkinan bias pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok kasus akan cenderung lebih mengingat faktor resiko yang dia alami daripada kelompok kontrol. Seperti contoh diatas, ibu dengan anak BBLR, umumnya daya ingat akan faktor paparan yang dia alami, memorinya akan lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal, misalnya status merokok, status gizi, periksa kehamilan dan sebagainya.
B. Kelebihan :
1. Sifatnya relatif murah dan mudah dilakukan.
2. Cocok untuk meneliti penyakit dengan periode laten yang panjang, karena subyek penelitian dipilih berdasarkan status penyakit, maka penelitian memiliki keleluasaan menentukan rasio ukuran sampel dan kontrol yang optimal.
3. Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap sebuah penyakit.
4. Desain ini bisa dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome.

Lathifa Umami mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

nama: Putri Intan Eriska
NIM: 10111001040
Jawab:
1. Perbedaan studi kohort dan studi potong lintang
STUDI KOHORT
• Dana, tenaga dan waktu yang digunakan cukup banyak.
• Menilai kausalitas
• Sampel diikuti secara berkelanjutan dari awal sebelum sakit (sehat) sampai terkena penyakit.
• Mengukur incidence rate
• Kemungkinan bias cukup besar
• Dibutuhkan follow up sampel
• Memiliki kekuatan dalam membuktikan inferensi kausa dibanding studi observasional lainnya
STUDI POTONG LINTANG
• Dana, tenaga dan waktu yang digunakan terbatas
• Sebuah survey
• Sampel yang direkrut tidak berdasarkan status paparan atau penyakit tetapi yang diasumsikan sesuai dengan studi penelitian serta mampu mewakili popoulasi.
• Mengukur angka prevalensi
• Metode dan desain serta definisi penelitian bisa distandardisasi, reliable dan single blind
• Tidak dibutuhkan follow up sampel
• Merumuskan hipotesis hubungan kausal yang dibutuhkan oleh studi penelitian lain
2. beberapa judul menggunakan studi case control:
• Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman
• Beberapa Faktor Risiko Kepatuhan Berobat Penderita Malaria Vivax (Studi Kasus di Kab. Banjarnegara)
• Asupan Gizi dan Status Gizi Sebagai Faktor Resiko Hipertensi Esensial pada Lansia di Puskesmas Curup dan Perumnas Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu

3. beberapa judul menggunakan studi kohort:
• Risiko Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kalangan Peminum Kopi di Kotamadya Palembang Tahun 2006-2007
• Peran Clinical Pathway Terhadap Luaran Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
• Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Demam Tifoid dengan Menggunakan Siprofloksasin dan Seftriakson di Rumah Sakit Umum Haji Makassar Tahun 2010 – 2011

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

SANGKUT HAYATI (10111001050)
JAWABAN LATIHAN DESAIN STUDI OBSERVASIONAL

1. Perbedaan desain studi kohort dan studi potong lintang
Desain studi Kohort Merupakan penelitian epidemiologi analitik non eksperimental yang mengkaji hubungan antar “Faktor Risiko” dan “Efek”, Pendekatan waktu desain studi kohort adalah prospektif ( kausa/ FR diidentifikasi terlebih dahulu lalu diikuti sampai waktu tertentu untuk melihat efek/penyakit ) sehingga memerlukan waktu yang lama dan biaya mahal dibangding cross-sec dan Perlu sarana dan pengelolaan yang rumit. Merupakan studi pengamatan lanjut (follow-up) dengan direksionalitas ke depan, tersedianya kelompok subyek tanpa efek tertentu sejak awal penelitian prospektif atau retrospektif, pada kohort retrospektif, prinsipnya sama dengan kohort prospektif, bedanya : identifikasi faktor risiko dan efek yang telah terjadi pada masa lampau, memerlukan waktu yang lama dan biaya mahal dibangding cross-sec, perlu sarana dan pengelolaan yang rumit, kemungkinan adanya subyek penelitian yg drop out sehingga dapat mengganggu hasil, adanya masalah etis, terkait pengamatan subyek dari awal sampai terjadinya efek.
Sedangkan desain studi potong lintang merupakan studi epidemiologi deskriptif yang digunakan untuk mempelajari dinamika hubungan (korelasi) antara “faktor risiko” dan “efek” dengan menggunakan “point time approach” (observasi/pengukuran terhadap faktor risiko dan efek dilakukan pada saat yang sama, mudah dilakukan dan relatif murah dan mempunyai kontrol sebagai pembanding. Dapat memberikan informasi frekuensi & distribusi penyakit yang menimpa masyarakat, serta informasi mengenai faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit. Dapat dipakai untuk mengetahui stadium dini atau kasus sub klinik dari suatu penyakit, informasi diperoleh dengan cepat, tidak dapat dipakai untuk penelitian terhadap penyakit yang akut atau cepat sembuh, time sequence tidak jelas, simpulan korelasi faktor risiko dengan penyakit lemah

2. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
1) Suatu penelitian kasus kontrol tentang hubungan antara rokok dan kanker paru-paru.
2) suatu penelitian yang menggunakan rancangan kasus-kontrol untuk menentukan hubungan antara infark miokard dengan rokok.
3) hubungan karsinoma paru- paru dengan rokok
3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
1) Penelitian tentang hubungan antara kehamilan di luar rahim dengan pemakaian IUD
2) Penelitian tentang hubungan antara alkohol dengan terjadinya hemorage stroke
3) Resiko kebiasaan minum kopi pada kasus toleransi glukosa terganggu terhadap terjadinya Diabetes Militus Tipe II

Unknown mengatakan...

LANJUTAN...

4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
1) Hubungan antara tumbuh kembang anak dengan pemberian ASI eksklusif
2) Hubungan antara kualitas menyusui dengan kelancaran pengeluaran ASI
3) Hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan berat badan bayi lahir (BBL)
5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol!
Kekurangan:
a. Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan kita kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
b. Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya. Kasus dipilih dari populasi sumber yang memiliki outcome, sedangkan kelompok kontrol merupakan estimasi distribusi faktor paparan dari populasi sumber, sehingga hasil perhitungan yang kita dapatkan adalah Odds Rasio (OR). Walaupun asosiasi bisa ditegakkan dengan perhitungan Odds rasio, tetapi tidak bisa menghitung resiko absolut (abosulute risk) karena angka insidens tidak diketahui
c. Bias seleksi. Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor resiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus, karena kemungkinan kelompok kontrol bisa menderita sakit yang sama seperti kelompok kasus, tetapi masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan faktor resiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadinya bias seleksi sangat besar. Misal, untuk mengetahui hubungan antara kasus kanker paru-paru dan merokok. Untuk pemilihan kasus kontrol, peneliti harus semaksimal mungkin untuk memilih kelompok ini pada pasien penyakit selain kasus kanker, yang tidak terpapar dengan rokok, misal penyakit mag, pasien katarak yang bukan perokok dsb.
d. Bias Informasi. Seperti kita pahami, bahwa informasi yang kita akan dapatkan tergantung daya ingat responden. Rekam medis dapat meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor resiko/paparan terdokumentasi pada rekam medis. Oleh karena itu, kemungkinan bias pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok kasus akan cenderung lebih mengingat faktor resiko yang dia alami daripada kelompok kontrol. Seperti contoh diatas, ibu dengan anak BBLR, umumnya daya ingat akan faktor paparan yang dia alami, memorinya akan lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal, misalnya status merokok, status gizi, periksa kehamilan dan sebagainya.

Kelebihan:
a. Desain ini sangat tepat sekali pada kasus yang jarang terjadi di masyarakat, seperti kasus kanker, HIV/AIDS, sehingga kita bisa mengetahui faktor risiko suatu kondisi kesehatan dengan metode retrospektif dengan cepat.
b. responden ditanya tentang faktor paparan yang telah terjadi pada periode tertentu di masa lampau hingga terjadinya penyakit.
c. Desain ini bisa dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome.
d. Odds rasio nilainya mendekati risk rasio (risk ratio), terutama pada kasus yang jarang terjadi. Nilai odds rasio merupakan rata-rata, karena kelompok kasus dan kontrol seharusnya mewakili populasi dengan memperhatikan paparan.

Unknown mengatakan...

Nama : Riski Amelia
NIM : 10111001046
No. Absen : 45 (Ganjil)
1) Perbedaan studi kohot dan studi potong lintang
Cross Sectional (Potong lintang)
1. Observasi terhadap variabel bebas (faktor risiko) dan terikat (efek) dilakukan satu kali, pada saat yang sama.
2. mudah untuk dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan follow-up
3. kurang akurat dalam membuktikan inferensi kausa
4. hasil didapatkan dalam waktu singkat
5. Umumnya studi cross sectional dimanfaatkan untuk merumuskan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi analitiknya (kohort atau kasus control)
6. Tidak dapat dipakai untuk meneliti penyakit yang terjadi secara akut dan cepat sembuh (durasi penyakit pendek)
Kohort
1. desain observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan memilih dua atau lebih kelompok-kelompok studi berdasarkan perbedaan status paparan
2. Penelitian harus diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit.
3. perlu dana yang besar dan waktu yang panjang.
4. Lebih akurat dalam membuktikan inferensi kausa
5. Hasil di dapatkan dalam jangka waktu yang lama
6. Cocok untuk meneliti paparan yang langka.


2) Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
1. Hipnoterapi untuk penurunan berat badan pada individu obes
2. Konsumsi fast food sebagai faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja usia 15-17 tahun
3. Hubungan perlakuan fisioterapi respirasi pada penderita Buerger’s Disease
4. Pengaruh penggunaan KB suntik dengan peningkatan berat badan

3) Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
1. Pengaruh pencemaran Pb terhadap kesehatan
2. Status antioksidan glutation pada pasien tuberkulosis paru
3. efek asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh" trans" terhadap kesehatan

Unknown mengatakan...

lanjutaaan...

4) Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
1. hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian kapsul vitamin A
2. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswi kelas i tentang dismenorea
3. Faktor risiko gangguan fungsi paru pada pekerja pengecatan mobil


5) Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
Kelebihan :
1. Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan
2. Hasil cepat, ekonomis
3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit
4. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit
5. Kesimpulan korelasi kurang baik, karena ada pembatasan dan pengendalian faktor risiko
6. Tidak mengalami kendala etik
7. Sangat berguna untuk meneliti masalah kesehatan yang terjadi secara laten di masyarakat.
Kelemahan :
1. Tidak diketahui pengaruh variabel luar yang tak terkendali dengan teknik matching
2. Pemilihan kontrol dengan mathcing akan sulit bila faktor risiko yang di “matching”kan banyak
3. Tidak dapat dipakai untuk menentukan angka insidensi (incidence rate) penyakit.
4. Data faktor resiko disimpulkan setelah penyakit terjadi sehingga data tidak lengkap dan sering terjadi penyimpangan.
5. Odds Ratio tidak dapat digunakan untuk mengestimasi resiko relatif jika masalah kesehatan yang sedang diteliti terdapat di masyarakat lebih dari 5%.
6. Sulit untuk menghindari bias seleksi karena populasi berasal dari dua populasi yang berbeda.




Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

FITRIANA MAYATAMA (10111001007)

1. Jelaskan perbedaan studi kohot dan studi potong lintang?
Studi Potong Lintang
Pengertian : Rancangan studi yang yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat
Waktu Penelitian : Cepat, sederhana
Data yang diperoleh : Prevalensi
Biaya : Relatif murah/ efisien
Studi Kohort
Pengertian : Rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif .
Waktu Penelitian : Lama, rumit
Data yang diperoleh : Insidensi
Biaya : Mahal
2. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
• Sanitasi Lingkungan Perumahan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Filariasis Di Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2012
Alamat: http://repository.usu.ac.id/
• Hubungan Perilaku Dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Tb Paru Di Kota Solok Tahun 2011
Alamat: http://repository.unand.ac.id/
• Hubungan pola Pemberian ASI dan MP ASI Dengan Gizi Buruk Pada Anak 6- 24 Bulan di Kelurahan Pannampu Makasar


3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?

• Analisis Faktor Resiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Kabupaten Sumenep
Alamat: http://www.fik.umsurabaya.ac.id/
• Studi Kohort Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue
Alamat: http:// jurnal.ugm.ac.id
• Hubungan antara asuoan energy dan Protein dengan kenaikan berat badan ibu hamil di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta oleh Joko Prianto
• Hubungan antara Tingkat Kecemasan Ibu dengan Lama Persalinan Kala II di Bidan Praktik Swasta Kabupaten Tuban
Alamat: Http://Www.Kopertis7.Go.Id/Uploadjurnal/Sainmed_Vol.03_No.02_Des.2011.Pdf
• Kebisingan Memengaruhi Tekanan Darah Pekerja PT. PLN (Persero) Sektor Barito PLTD Trisakti, Banjaramasin
Alamat: http://www.kalbemed.com/

Unknown mengatakan...

Lanjutan

4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan KejadianGastritis Pada Pasien Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi Tahun 2011
Alamat: http://repository.unand.ac.id/
• Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Insiden Penyakit Malaria Di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2005
Alamat: http://repository.usu.ac.id/
• Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Serat Makanan dengan Konsumsi Serat Makanan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Alamat: http://fk.unmul.ac.id/
• Hubungan Status Gizi dan Perkembangan Batita (The Relationship between Nutritional Status and Development of Child on the Age 1–3 Years)
Alamat:http://www.kopertis7.go.id/uploadjurnal/SainMed_Vol.03_No.02_Des.2011.pdf
• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja PT. Inti Pantja Press Industri

5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?

A. Kelebihan Studi Kasus Kontrol
• Desain ini sangat tepat sekali pada kasus yang jarang terjadi di masyarakat. Seperti kanker paru, kanker serviks, dsb.
• Tidak memerlukan waktu yang lama Karen peneliti tidak perlu mengikuti perkembangan penyakit pada subjek selama bertahun-tahun.
• Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen, karena tidak mebedakan antar kelompok kasus dan kelompok kontrol
• Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok control
• Bisa dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome
B. Kelemahan
• Pengukuran variabel yang retrospective, objectivitas, dan realibilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat kembali faktor-faktor risikonya, sehingga dapat menimbulkan bias informasi.
• Terkadang sulit memilih kontrol yang benar- benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya faktor risiko yang harus dikendalikan. Sehingga dapat menimbulkan bias seleksi jika tidak dikendalikan.
• Karena subjek dipilih berdasarkan status penyakit, maka dengan studi kasus control pada umunya peneliti tidak dapat menghitung laju insidensi baik pada populasi yang terpapar dengan populasi yang tidak terpapar. Itu lah sebabnya untuk menghitung risiko relative digunakan ukuran rasio odss (OR)

• Secara umum, studi kasus control tidak efisien untuk mempelajari paparan –paparan yang langka. Paparan yang langka bisa diteliti dengan rancangan ini, asal beda risiko (RD) antara populasi yang berpenyakit dan tidak berpenyakit cukup tinggi
• Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan kita kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Nama : Irna Anggraini
NIM : 10111001037

1. Perbedaan secara umum terletak pada faktor paparan (exposure factors) dan kejadian penyakit (disease). Pada Desain Cross Sectional, paparan dan outcome terjadi pada masa sekarang (satu waktu yang sama). Sedangkan pada desain kohort paparan terjadi pada masa sekarang, dan outcome terjadi pada masa yang akan datang.

2. Contoh judul penelitian dengan desain Kasus Kontrol :
Hubungan antara kejadian penyakit Ca Paru dengan kebiasaan Merokok
Hubungan kejadian kejadian PJK dengan prilaku kebiasaan berolahraga
Hubungan kejadian obesitas terhadap prilaku konsumsi fast food

3. Contoh judul penelitian dengan desain Cohort :
Hubungan prilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner
Hubungan kebiasaan berolahraga dengan kejadian obesitas
Hubungan pola makan terhadap penyakit diabetes milietus

4. Contoh penelitian dengan desain potong lintang :
Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita
Hubungan tingkat pedidikan ibu terhadap pemilihan makanan keluarga
Hubungan tingkat ekonomi keluarga terhadap penggunaan jamban sehat

5. Kelebihan desain Kasus Kontrol :
a. Sangat sesuai untuk penelitian penyakit yang jarang tterjadi atau penyakit dengan fase laten yang panjang atau penyakit yang sebelumnya tidak pernah ada.
b. Pelaksanaannya relative lebih cepat jika dibandingkan dengan cohort karena pada penelitian case control diawali dengan penderita yang berarti penyakit yang diteliti telah timbul, sedangkan pada penelitian cohort, insidensi penyakit yang akan diteliti harus menunggu cukup lama.
c. Biaya penelitiannya relative lebih kecil dibandingkan dengan penelitian cohort karena sampel yang lebih sedikit dan waktu yang lebih singkat.

Sedangkan kekurangan desain kasus-kontrol ini sendiri, adalah :
a. Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan kita kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
b. Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya.
c. Berpotensi timbulnya bias informasi dan bias seleksi.
d. Perhitungan resiko relative hanya berupa perkiraan

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Mariani Juliana Lumban Gaol (10111001011)

1. Perbedaan Studi Kohort dengan Cross Sectional
a) Desain Penelitian:
1) Kohort
Mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok terpapar berdasarkan status penyakit.
2) Cross Sectional
Mempelajari/mengukur hubungan penyakit (akibat) dengan pajanan (penyebab) dalam waktu yang bersamaan pada satu saat
b) Metode Penelitian:
1) Kohort
Longitudinal prospective (dimulai dari status keterpaparan kemudian dilakukan penelusuran kedepan terhadap suatu penyakit).
2) Cross Sectional
Diperoleh prevalensi suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat (Prevalence study).
c) Waktu/Biaya
1) Kohort
Kurang efisien dari segi waktu dan biaya.
2) Cross Sectional
Mudah, murah, dan hasilnya relative cepat dapat diperoleh.
d) Hasil Penelitian:
1) Kohort
Menerangkan hubungan antara factor risiko dan efek.
2) Cross Sectional
Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan.
e) Penyakit yang diteliti:
1) Kohort
Tidak efisien untuk penyakit yang jarang.
2) Cross Sectional
Dapat dipakai untuk meneliti banyak variable sekaligus.

2. Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus control:
a) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Sistiserkosis Pada Penduduk Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Propinsi Papua Tahun 2002.
b) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 (Studi Kasus di Poliklinik Penyakit dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi).
c) Faktor Risiko Kanker Payudara Wanita.
d) Perilaku Pemeriksaan Antenatal Sebagai Faktor Risiko Anemia Gizi Ibu Hamil di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2012.

3. Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort:
a) Nilai Prognostik Tumor Necrosis Factor Alpha Penderita Demam Berdarah Dengue Tanpa Renjatan Pada Anak.
b) Studi Kohort Kejadian Penyakit DBD di Wilayah Kecamatan Sawahan Kota Surabaya Tahun 2010.
c) Hubungan Antara Kepatuhan Antenatal Care dengan Pemilihan Penolong Persalinan.
d) Hubungan Derajat Asma dengan Kualitas Hidup yang Dinilai dengan Asthma Quality of Life Questionnaire.

Unknown mengatakan...

Lanjutan
4. Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang:
a) Hubungan Kadarzi dengan Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.
b) Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Terhadap Keaktifan Kader dalam Pengendalian Tuberkulosis.
c) Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah dengan Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Indonesia 2010.
d) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi Tahun 2011.
e) Kelainan Refraksi Pada Anak Usia 3 – 6 Tahun di Kecamatan Tallo Kota Makassar.

5. Kelebihan dan kelemahan studi desain kasus control:
a) Kelebihan
Untuk kelebihanya, tentu saja desain ini sangat tepat sekali pada kasus yang jarang terjadi di masyarakat, seperti kasus kanker, HIV/AIDS, sehingga kita bisa mengetahui faktor risiko suatu kondisi kesehatan dengan metode retrospektif dengan cepat, responden ditanya tentang faktor paparan yang telah terjadi pada periode tertentu di masa lampau hingga terjadinya penyakit. Kemudian, desain ini bisa dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome. Odds rasio nilainya mendekati risk rasio (risk ratio), terutama pada kasus yang jarang terjadi. Nilai odds rasio merupakan rata-rata, karena kelompok kasus dan kontrol seharusnya mewakili populasi dengan memperhatikan paparan.

b) Kelemahan
1. Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan kita kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
2. Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya. Kasus dipilih dari populasi sumber yang memiliki outcome, sedangkan kelompok kontrol merupakan estimasi distribusi faktor paparan dari populasi sumber, sehingga hasil perhitungan yang kita dapatkan adalah Odds Rasio (OR). Walaupun asosiasi bisa ditegakkan dengan perhitungan Odds rasio, tetapi tidak bisa menghitung resiko absolut (abosulute risk) karena angka insidens tidak diketahui
3. Bias seleksi. Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor resiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus, karena kemungkinan kelompok kontrol bisa menderita sakit yang sama seperti kelompok kasus, tetapi masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan faktor resiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadinya bias seleksi sangat besar. Misal, untuk mengetahui hubungan antara kasus kanker paru-paru dan merokok. Untuk pemilihan kasus kontrol, peneliti harus semaksimal mungkin untuk memilih kelompok ini pada pasien penyakit selain kasus kanker, yang tidak terpapar dengan rokok, misal penyakit mag, pasien katarak yang bukan perokok dsb.
4. Bias Informasi. Seperti kita pahami, bahwa informasi yang kita akan dapatkan tergantung daya ingat responden. Rekam medis dapat meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor resiko/paparan terdokumentasi pada rekam medis. Oleh karena itu, kemungkinan bias pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok kasus akan cenderung lebih mengingat faktor resiko yang dia alami daripada kelompok kontrol. Seperti contoh diatas, ibu dengan anak BBLR, umumnya daya ingat akan faktor paparan yang dia alami, memorinya akan lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi normal, misalnya status merokok, status gizi, periksa kehamilan dan sebagainya.

Unknown mengatakan...

Rakhmi Putri Nanda (10111001044)

1. Studi design kohort adalah saat peneliti mempunyai waktu, tenaga dan pendanaan yang cukup dan telah banyak penelitian sebelumnya melakukan penelitian dengan desain potong lintang dan kasus-kontrol, maka pilihan selanjutnya adalah studi ini.
• Kelebihan studi kohort adalah kita bisa menilai kausalitas karena faktor paparan terjadi sebelum responden sakit, sehingga adanya tingkat alur jelas antara faktor paparan kemudian baru terjadi sakit. Oleh karena itu, tingkat bias bisa diminimalisir terutama bias informasi, karena responden diikuti oleh peneliti ke depan (prospektif). Kemudian faktor perancu bisa dikontrol dan memungkinkan beberapa outcome hasil penelitian dapat dihasilkan dalam penelitian ini. Studi ini juga sangat baik untuk faktor paparan yang jarang terjadi dan memungkinkan peneliti menghitung angka insiden (incidence rates).
• Kelemahan studi dengan desain kohort adalah memerlukan waktu yang panjang terutama untuk mengetahui efek dari beberapa faktor paparan karena desain ini umumnya untuk menginvestigasi penyakit kronik. Desain ini juga membutuhkan jumlah sampel penelitian dalam cukup besar yang bisa bermanfaat jika adanya banyak sampel yang hilang sepanjang penelitian berlangsung dalam periode tertentu (loss of follow up). Biaya yang dibutuhkan juga tidak murah pada desain ini. Kelemahan lainnya, jika penyakit yang diteliti jarang terjadi baik di group yang terpapar dan group tidak terpapar, sangat sulit sekali mencari responden dalam jumlah yang sangat banyak.

Desain potong lintang adalah sampel dalam suatu survey direkrut tidak berdasarkan status paparan atau suatu penyakit/ kondisi kesehatan lainnya, tetapi individu yang dipilih menjadi subjek dalam penelitian adalah mereka yang diasumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti dan mewakili populasi yang akan diteliti secara potong lintang sehingga hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi. Oleh karena itu, faktor paparan dan kejadian penyakit/kondisi kesehatan diteliti dalam satu waktu. Studi potong lintang dan bisa menghitung rasio prevalensi atau asosiasi yang kita inginkan.

Kelemahan studi desain potong lintang, antara lain:
a. Keterbatasan dimensi dari interpretasi sebab akibat, yang kita kenal dengan istilah fenomena ayam dan telur (chicken and egg), kita kurang mengetahui apakah sebab atau akibat duluan dari suatu kondisi kesehatan atau penyakit.
b. Desain ini tidak efisien untuk faktor paparan atau penyakit (outcome) yang jarang terjadi. Untuk pengolahan data analitik, kita membutuhkan faktor paparan dan penyakit dengan jumlah yang cukup sehingga peneliti bisa melakukan analisa asosiasi lebih lanjut.
c. Kasus prevalensi kemungkinan tidak mewakili semua populasi jika angka rata –rata respons (response rate) yang bersedia mengikuti survey tidak mencapai target yang ditentukan.
kelebihan dari desain potong lintang adalah:
a. Mengukur angka prevalensi, bukan angka insidens
b. Sampel dalam studi dapat mewakili populasi dengan teknik sampling
c. Metode dan desain serta definisi penelitian bisa distandardisasi, reliable dan single blind sehingga survey berulang dapat dilakukan untuk mengetahui trend penyakit atau kondisi kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan suatu negara dalam kurun waktu tertentu.

Sri lestari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Rakhmi Putri Nanda (10111001044)
Lanjutan ....

2. Contoh Case Control
• Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis (Studi Kasus Di Kabupaten Demak) (Priyanto, Agus (2008)
• Hubungan antara CA payudara dan penggunaan kontrasepsi oral (OC) pada rumah sakit X pada periode tahun 2008.
3. Cohort
• Kejadian Tuberkulosis Pada Anak Setelah Imunisasi Baccilus Calmette Et Guerrin Di 5 Wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Tahun 2000-2002
• Hubungan antara CA Paru dengan merokok (Risiko) dengan pendekatan prospektif

4. Contoh Cross Sectional
• Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamsoskes Sumatera Selatan (sumsel) Semesta Di Puskesmas Kabupaten Muara Enim
• Hubungan Kualitas Menyusui dengan Kelancaran Pengeluaran ASI

5. Kelebihan dan Kekurangan Case Control
• Kelebihan:
1. Sifatnya relatif murah dan mudah dibandingkan desain analitik lainnya.  Waktu penelitiannya singkat krn penderita yg akan diteliti telah ada sdg pd cohort, insiden penyakit yg diteliti menuggu cukup lama.  Sampelnya lebih sedikit dan dapat menghemat tenaga.  Dapat memanfaatkan data yang ada seperti data dari rumah sakit.
2. Cocok untuk penyakit yang periode laten yang panjang. 3. Dapat meneliti pengaruh banyak paparan (faktor resiko) terhadap suatu penyakit secara simultan. 4. Dapat Menguji hipotesis hubungan paparan dan penyakit. 5. 5. Biasanya dapat mengevaluasi confounding dan interaksi lebih teliti daripada studi kohort untuk jumlah sampel yang sama, karena kasus dan kontrol lebih sebanding.

• Kelemahan
1. Lebih rawan bias dibandingkan desain studi analaitik lainnya, khususnya bias seleksi, bias informasi dan bias recall karena pemelihan subyek berdasarkan status penyakit yg dilakukan saat paparan telah atau sedang berlangsung.
2. Tidak efisien untuk meneliti paparan yang jarang, kecuali odds rasio antara populasi yang berpenyakit dan tidak berpenyakit cukup besar, sehingga dibutuhkan jumlah sampel yang besar.
3.Tidak efisien untuk menyelidiki paparan (exposure) yang jarang.
4.Tidak dapat menghitung insiden rate karena subjek penelitian dipilih berdasarkan status penyakit. Hal ini menyebabkan pada studi ini tidak bisa menghitung Resiko Relatif (RR)
5. Hanya dapat meneliti satu penyakit dan sulit memilih kontrol yang tepat.
6. jika menggunakan data historis, kadang-kadang tidak mudah membedakan antara data prevalensi dan insiden, sehingga tidak mudah untuk memastikan paparan mendahului penyakit.
7.Jika kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah, maka sulit dipastikan apakah mereka setara.

Sri lestari mengatakan...

NAMA : SRI LESTARI
NIM : 10111001021

1) Perbedaan studi kohort dan studi potong lintang

• Studi kohort merupakan merupakan studi penelitian observasi yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu dalam satu jangka waktu tertentu. Pada desain kohort, faktor paparan terjadi dimasa sekarang, lalu diselidiki hingga kejadian penyakit apakah akan terjadi di masa depan. Studi kohort mrmbutuhkan waktu yang panjang dan tenaga serta biaya yang lebih banyak, namun mampu memberikan gambaran yang cukup lengkap tentang pengaruh dan sifat keterpaparan, hubungan keterpaparan dengan kejadian penyakit serta sifat penyakit yang diteliti. Memungkinkan peneliti menghitung angka insiden.
• Studi potong lintang merupakan studi penelitian prevalensi penyakit dan sekaligus dengan prevalensi penyebab/faktor risiko. Pada Studi desain potong lintang, faktor paparan dan kejadian penyakit terjadi pada masa sekarang secara bersamaan (in the present). Mengukur angka prevalensi buakn insiden. Penelitian ini memberikan gambaran secara umum besarnya/luasnya permasalahan dengan waktu yang cukup singkat dan biaya yang tidak begitu besar. Studi potong lintang ini sangat berguna untuk penilaian pelayanan kesehatan sehingga dapat digunakan untuk refrensi menyusun kebijaksanaan dan program yang akan datang, dan juga hasil penelitian ini tidak dapat digunakan untuk mengukur hubungan sebab akibat /pengaruh faktor penyebab, tetapi dapat memberikan gambaran tentang arah dan sasaran penelitian selanjutnya serta menjadi dasar keterangan untuk penelitian kohort.

2) Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus control.

1. Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Jalan Terhadap Gangguan Kesehatan Psikologis Anak SDN Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta
2. Pengaruh Kb Suntik DMPA Terhadap Peningkatan Berat Badan Di BPS Siti Syamsiyah Wonokarto Wonogiri
3. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Keatas Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalgubuk Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2010
4. Asupan Gizi dan Status Gizi sebagai Faktor Resiko Hipertensi Esensial pada Lansia di Puskesmas Curup dan Perumnas Kabupaten rejang Lebong Provinsi Bengkulu

3) Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort

1. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Lama Persalinan Kala II Di Bidan Praktik Swasta Kabupaten Tuban
2. Pengaruh Suplementasi Seng dan Probiotik Terhadap Kejadian Diare Berulang
3. Pengaruh Status Gizi Pasien Bedah Mayor Pre-Operasi terhadap Penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pasca Operasi Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
4. Pola Asuh Ibu, Kejadian Diare dan Pertumbuhan Sampai 4 Bulan Pada Bayi Yang Mengalami Hambatan Pertumbuhan Pada Rahim

Sri lestari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Nora Nindi Arista (10111001059)

1. Perbedaannya adalah jika pada studi potong lintang sampel yang digunakan adalah individu yang diasumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti dan dapat dianggap telah mewakili populasi sehingga hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi sedangkan pada studi kohort memerlukan sampel penelitian yang cukup besar yang bisa bermanfaat jika selama penelitian terdapat sampel yang hilang selama periode tertentu. Selain itu juga, studi potong lintang memerlukan dana, waktu dan tenaga yang tidak terlalu besar dibandingkan studi kohort

2. A. Risiko Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kalangan Peminum Kopi Di Kotamadya Palembang Tahun 2006-2007
B. Faktor Sosiodemografi dan Lingkungan yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006
C. Hubungan Pola Pemberian ASI Dan MP ASI Dengan Gizi Buruk Pada Anak 6-24 Bulan Di Kelurahan Pannampu Makassar
D. Hubungan Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi Dengan Gizi Buruk Pada Anak 6-24 Bulan Di Kelurahan Pannampu Makassar
E. Faktor Risiko Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis Berat (Studi Kasus di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang)

3. A. Pengaruh status gizi pasien bedah mayor pre operasi terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pasca operasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
B. Hubungan nilai CD4 pada awal pengobatan ARV dengan kemampuan hidup 1 tahun orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
C. Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas pada Penderita Stroke Non hemorgik
D. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Tradisional pada Usia Dini terhadap Pertumbuhan dan Kesakitan Bayi. Studi Kohort pada Bayl 0-4 Bulan di Kabupaten Demak.
E. Hubungan Antara Metode Operasi Lichtenstein Dengan Tepi Mesh Kranio-Lateral Dilakukan Overlapping Dengan Tidak Dilakukan Overlapping Pada Kejadian Residif Hernia Inguinalis Lateralis

4. A. Hubungan Antara Metode Operasi Lichtenstein Dengan Tepi Mesh Kranio-Lateral Dilakukan Overlapping Dengan Tidak Dilakukan Overlapping Pada Kejadian Residif Hernia Inguinalis Lateralis
B. Hubungan kepuasan kerja dan komitmen organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Politeknik Kesehatan Banjarmasin
C. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kecepatan Keluarnya ASI Pada Ibu Post Partum Di BPS Firda Tuban
D. Risiko Faktor Hereditas, Obesitas Dan Asupan Natrium Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Remaja Awal
E. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta

Unknown mengatakan...

Nora Nindi Arista (10111001059)

LANJUTAN..

5. Kelebihan studi desain kasus kontrol :
• Dapat memperoleh hasil penelitian dengan cepat
• Menggunakan dana yang minimal dan waktu yang tidak lama, hal ini menguntungkan ketika data paparan tersebut mahal atau sulit diperoleh
• Efisien untuk penyakit yang langka/jarang ditemui atau penyakit dengan jangka waktu panjang (masa laten) antara eksposur dan manifestasi penyakit
• Dapat meneliti berbagai faktor resioko sekaligus
• Tidak memerlukan subjek penelitian yang banyak

Kekurangan studi desain kasus kontrol
• Subjek rentan terkena bias. Data mengenai pajanan factor resiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan medic. Daya ingat responden ini yang menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa, atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan terhadap factor resikodaripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder dalam hal ini catatan medic rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat.
• Secara umum studi kasus kontrol tidak effisien untuk mempelajari paparan-paparan yang langka, namun bisa dilakukan apabila beda resiko (RD) antara populasi yang berpenyakit dan tak berpenyakit cukup tinggi. Untuk itu dibutuhkan ukuran sampel yang besar, disamping prevalensi paparan pada populasi yang berpenyakit cukup tinggi.
• Karena subyek dipilih berdasarkan status penyakit, pada umumnya peneliti tidak dapat menghitung laju insidensi (kecepatan kejadian penyakit) baik pada populasi yang terpapar maupun tidak terpapar. Sehingga untuk menghitung risiko relatif menggunakan ukuran rasio odds (OR).
• Pada beberapa situasi tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit.
• Kelompok kasus dan kelompok kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah, sehingga sulit dipastikan apakah kasus dan kontrol pada populasi studi benar-benar setara dalam hal faktor-faktor luar dan sumber-sumber distorsi lainnya.

Sri lestari mengatakan...

SRI LESTARI (10111001021)
NO.4 DAN 5

4) Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang

1. Hubungan Antara Kadar HBCO Dengan Kapasitas Vital Paru Pedagang di Terminal Bus Purwokerto.
2. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram
3. Hubungan Antara Konsumsi Protein Hewani Dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Pada Balita Usia Usia 13-36 Bulan
4. Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan Kejadian ISPA pada Balita

5) Kelebihan dan kelemahan studi desain kasus control

• Kelebihan:
1. sangat tepat sekali untuk meneliti kasus yang jarang terjadi di masyarakat maupun penyakit dengan masa laten yang lama sehingga dapat mengetahui faktor-faktor resiko maupun faktor paparan yang ada dengan memperoleh infomasi dari responden yang bersifat retrospektif.,
2. Pelaksanaanya relative lebih cepat, biaya relaitif lebih murah
3. subjek yang dibutuhkan untuk mempertimbangkan relitif tidak besar jumlahnya karena dilakukan pada sampel terbatas namun dapat mengeksplorasi banyak faktor paparan pada satu outcome.
4. Nilai Odds rasio mendekati risk rasio (risk ratio), terutama pada kasus yang jarang terjadi. kelompok kasus dan kontrol seharusnya mewakili populasi dengan memperhatikan paparan sehingga nilai ods ratio merupakan rata-rata..
5. Memungkinkan untuk mempelajari / mengamati berbagai jenis penyebab yang potensial termasuk penyebab jamak dari suatu penyakit.
• Kekurangan:
1. Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit,
2. Tidak dapat menghasilkan angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya dan hanya menghasilkan nilai OR karena Kasus dipilih dari populasi sumber yang memiliki outcome, sedangkan kelompok kontrol merupakan estimasi distribusi faktor paparan dari populasi sumber,
3. Berisiko terjadi bias
- Bias seleksi. Hal ini terjadi karena Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena kelompok control sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor risiko sedangkan kemungkinan kelompok control untuk menderita sakit tetap ada dan kemungkinan juga mengalami sakit tetapi masih dalam tahap gejaa
- Bias Informasi. Hal ini karena mencakup informasi yang telah berlalu sehingga sangat dipengaruhi oleh daya ingat salah satu cara meminimalisisr adalah dengan Rekam tetapi tidak semua faktor resiko/paparan terdokumentasi pada rekam medis.
4. Kasus yang diperoleh adalah kasus yang selamat saja. karena tidak bisa menemukan kasus yang telah meninggal
5. Pengamatan/penelitian secara mendalam tentang mekanisme penyebab/hubungan sebab akibat sulit dilaksanakan.



Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Dede Suhartati
NIM: 10111001002

NO.1
Perbedaan study cohort dan cross-sectional
Jawab:
Desain Penelitian
Cohort: Mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok terpapar berdasarkan status penyakit
Cross-Sec: Mempelajari/mengukur hubungan penyakit (akibat) dengan pajanan (penyebab) dalam waktu yang bersamaan pada satu saat
Metode Penelitian
Cohort: Longitudinal perspective (dimulai dari status keterpaparan kemudian dilakukan penelusuran kedepan terhadap suatu penyakit)
Cross-Sec: Diperoleh prevalensi suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat (Prevalence study)
Waktu/Biaya
Cohort: Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
Cross-Sec: Mudah, murah dan hasilnya relative cepat dapat diperoleh
Hasil Penelitian
Cohort: Menerangkan hubungan antara faktor risiko dan efek
Cross-Sec: Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan
Penyakit yang Diteliti
Cohort: Tidak efisisien untuk penyakit yang jarang
Cross-Sec: Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
Informasi
Cohort: Tidak akan terjadi recall bias
Cross-Sec: Bisa terjadi recall bias
Rumus
Cohort: RR = a/(a+b) : c/(c+d)
Cross-Sec: RP = a/(a+b) : c/(c+d)

NO.2
Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
Jawab:
a. “Hubungan konsumsi rokok sebagai pemicu penyakit hipertensi pada penduduk usia produktif 14-65 tahun di Kabupaten X”
b. “Hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberculosis paru pada anak balita”
c. “Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum Makan dengan Kejadian Thypoid”
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek (anak sekolah) dengan efek atau kelompok kasus (thypoid (+)) dan mencari subyek yang tidak mengalami efek atau kelompok kontrol (thypoid(-)). Kemudian ditelusuri factor risikonya sacara retrospektif yaitu menelusuri dengan melihat riwayatnya di masa lalu dari tiap subyek, apakah subyek dengan kasus (thypoid +) memiliki riwayat terpapar factor risiko (factor risiko (+),kebiasaan jajan di sekolah, dan kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan) atau tidak (factor risiko (-),kebiasaan tidak jajan di sekolah, dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan). Begitu juga dengan subyek kontrol (thypoid (-)), ditelusuri secara retrodpektif atau melihat riwayat di masa lalu, apakah terpapar factor risiko (factor risiko (+),kebiasaan jajan di sekolah, dan kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan) atau tidak (factor risiko (-),kebiasaan tidak jajan di sekolah, dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan)

Unknown mengatakan...

lanjutan....

Dede Suhartati
10111001002

NO.3
Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
Jawab:
a. “Resiko Kebiasaan Minum Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2”
b. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kecacingan yang Disebabkan Oleh Soil-Transmitted Helminth di Indonesia”

NO.4
Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
Jawab:
a. “Hubungan Faktor Eksternal dengan Perilaku Remaja dalam Hal Kesehatan Reproduksi di SLTPN Medan Tahun 2002”
b. “Resiko Kebiasaan Minum Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2”

NO.5
Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
Jawab:
Kelebihan
a. Kasus biasanya tersedia dan mudah didapatkan
b. Dapat dilakukan dengan cepat dan murah
c. Biaya yang diperlukan lebih sedikit sehingga lebih efisien
d. Hasil penelitian sudah menunjang kea rah dukungan hipotesis kausal dengan menegakkan adanya asosiasi
e. Jumlah subyek lebih kecil dibandingkan kebutuhan sampel untuk penelitian cross-sectional dan kohort
Kelemahan
a. Peka terhadap recall bias karena hanya tergantung daya ingat subyek
b. Data sekunder tidak lengkap yang diterima dari Rumah Sakit
c. Kriteria diagnosis yang berbeda antara petugas kesehatan
d. Kasus yang diperoleh adalah kasus yang selamat (selective survivor) karena tidak bisa menemukan kasus yang telah meninggal
e. Bias seleksi
f. Tidak dapat menentukan angka insiden penyakit

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

1. cross sectional dilakukan dalam satu waktu dan outcomenya didapatkan pada saat itu juga dan dapat menghitung rasio prevalensi atau asosiasi sedangkan kohort membutuhkan waktu yang lama dan mengikuti perjalanan penyakit sampai didapatkan outcome. dan dapat menghitung angka insiden

2. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
a. Hubungan status gizi ibu dengan kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) di Sumatera Selatan
b. Studi kasus PTRM dan Kematian Akibat Overdosis atau HIV/AIDS dan BBV
c. Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Kebiasaan Merokok pada Ibu Hamil

3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
a. Hubungan antara kehamilan di luar rahim dengan pemakaian IUD
b. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah
c. Hubungan Obesitas dengan kejadian penyakit jantung

4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
a. Hubungan antara tumbuh kembang anak dengan pemberian ASI eksklusif
b. Hubungan Kualitas menyusui terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu
c. Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan Kejadian Thypoid

5. kelebihan case control

- untuk kasus yang jarang terjadi
- cepat dan murah ( efisien )
- bisa dengan sampel terbatas
- dapat mengetahui atau mengexplore banyak faktor risiko pada satu outcome
- mengetahui riwayat alamiah penyakit

kelemahan

- hanya untuk 1 outcome
- tidak bisa menghitung angka insiden
- bisa terjadi bias seleksi dan informasi karena menanyakan data masa lampau

Unknown mengatakan...

NOMOR 5
KELEBIHAN :
1.Desain ini sangat tepat untuk kasus yang jarang terjadi di masyarakat contohnya penyakit kanker paru
2.Desain ini dapat dilakukan pada jumlah sampel terbatas
3.Desain ini bisa mengeksplorasi banyak faktor 3.paparan dimasa lampau pada satu outcome.

4.Desain ini murah dan cepat
5.Sampelnya relative lebih sedikit
6.Odds rasio nilainya mendekati risk rasio (risk ratio), terutama pada kasus yang jarang terjadi.
7.Nilai odds rasio merupakan rata-rata, karena kelompok kasus dan kontrol seharusnya mewakili populasi dengan memperhatikan paparan.

KELEMAHAN
1.Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena di mulai dari satu kondisi kesehatan dan dikilas balik ke belakang.
2.Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya.
3.Dapat terjadi bias seleksi.
4.Dapat terjadi bias Informasi.
5.Data sekunder yang didapat sering tidak lengkap sehingga menimbulkan bias
6.Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya.

Unknown mengatakan...

NAMA : AYU NOVITRIE
NIM : 10111001054

NOMOR 1
PERBEDAAN KOHORT DAN POTONG LINTANG
• BIAYA
Kohort : membutuhkan dana yang cukup besar (mahal)
Potong lintang : biaya yang dikeluarkan relative lebih murah
• WAKTU
Kohort : membutuhkan waktu yang lama karena untuk mengetahui efek dari faktor paparan penyakit biasanya penyakit kronik.
Potong lintang : lebih menghemat waktu karena pengukuran yang dilakukan pada suatu waktu
• FAKTOR PAPARAN DENGANG KEJADIAN PENYAKIT
Kohort : Faktor paparannya terjadi dimasa sekarang,lalu diselidiki hingga kejadian penyakit dimasa yang akan datang
Potong lintang : faktor paparan dan kejadian penyakit terjadi pada masa sekarang secara bersamaan di masa sekarang
• SAMPEL
Kohort : Sampel yang dipakai cukup besar karena untuk menghindari banyak sampel yang hilang
Potong lintang : sampel dalam suatu survey direktrut tidak berdasarkan status paparan. Sampel yang diambil sampel yang diasumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti
• HASIL
Kohort : hasil dapat segera diperoleh pada saat itu juga sebab faktor paparan dan kejadian penyakit dilihat pada saat itu juga atau secara bersamaan
Potong lintang : butuh waktu yang cukup lama untuk memperoleh hasil penelitian.

Unknown mengatakan...

NAMA : AYU NOVITRIE
NIM : 10111001054


NOMOR 2
Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol :
1. FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA KELOMPOK USIA < 45 TAHUN (STUDI KASUS DI RSUP Dr. KARIADI DAN RS TELOGOREJO SEMARANG)
2. FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA MASYARAKAT (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar)
3. FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN LEPTOSPIROSIS BERAT (Studi Kasus di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang)
4. FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALARIA (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura)

NOMOR 3
Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort :
1. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Tradisional pada Usia Dini terhadap Pertumbuhan dan Kesakitan Bayi. Studi Kohort pada Bayl 0-4 Bulan di Kabupaten Demak.
2. HUBUNGAN ANTARA METODE OPERASI LICHTENSTEIN DENGAN TEPI MESH KRANIO-LATERAL DILAKUKAN OVERLAPPING DENGAN TIDAK DILAKUKAN OVERLAPPING PADA KEJADIAN RESIDIF HERNIA INGUINALIS LATERALIS
3. HUBUNGAN GANGGUAN FUNGSI ENTERAL TERHADAP KEJADIAN DIARE BERULANG PADA ANAK UMUR 1-24 BULAN

NOMOR 4
Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang :
1. Kadar timbal darah, hipertensi, dan perasaan kelelahan kerja pada petugas stasiun pengisian bahan bakar umum di Kota Manado
2. Korelasi antara saturasi oksigen vena sentral supranormal dengan sepsis berat/syok septik :: Rancang penelitian potong lintang analitik
3. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA DENGAN KURIKULUM MODEL SPICES (STUDI POTONG LINTANG PADA MAHASISWA FK UNEJ)

Lathifa Umami mengatakan...

Lathifa Umami (10111001057)

1. Jelaskan perbedaan studi kohot dan studi potong lintang?
Studi kohort merupakan penelitian epidemiologi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dimasa sekarang lalu diselidiki khingga kejadian penyakit yang akan terjadi menggunakan perbandingan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan kasus atau status penyakit, desain ini membutuhkan waktu lama, dana dan tenaga yang banyak.
Sedangkan studi potong lintang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan dan penyakit dalam waktu serentak pada individu dari populasi tunggal sehingga tidak memerlukan waktu banyak dan lebih sedikit dana dan tenaga.

2. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
a. Hubungan antara hiperglikemi dan kejadian karsinoma kolorektal di rumah sakit umum pusat Dr. Kariadi Semarang
b. Effect of potentially modifiable risk factors associated with myocardial infarction in 52 countries (the INTERHEART study)
c. Asupan gizi dan status gizi sebagai faktor resiko hipertensi esensial pada lansia di Puskesmas Curup dan Perumnas Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu

3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
a. Kejadian relaps pada anak dengan sindrom nefrotik primer remisi yang diberi prednison Alternate Days Program dibanding Three Consecutive Days Program.
b. Disfagia sebagai faktor risiko status gizi pasien stroke di ruang rawat inap rs dr. cipto mangunkusumo jakarta
c. Kejadian tuberkulosis pada anak setelah imunisasi baccilus calmette et guerrin di 5 wilayah puskesmas kecamatan jatinegara jakarta timur tahun 2000-2002

4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
a. Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax Dalam Minum Obat Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Studi Pada Penderita Malaria Vivax Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005
b. perbedaan efek fisiologis pada pekerja sebelum dan sesudah bekerja di lingkungan kerja panas
c. Hubungan antara asupan protein dengan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di kecamatan Jebres Surakarta

5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
a. Kelemahan penelitian dengan studi desain kasus kontrol adalah
- Tidak bisa menginvestigasi lebih dari satu kondisi penyakit atau keseahtan.
- Tidak bisa menghitung resiko absolut karena tidak diketahuinya angka insiden.
- Besarnya kemungkinan terjadi bias seleksi maupun bias informasi.
- Tidak reabilitas jika penelitian retrospektif.

b. Kelebihan penelitian dengan studi desain kasus kontrol adalah
- Hasil penelitian lebih tajam dibanding potong lintang karena adanya pengendalian risiko.
- Tidak menghadapi kendala etik
- Tidak memerlukan waktu lama (ekonomis)
- Bisa digunakan untuk kasus yang jarang terjadi di masyarakat.
- Dapar menelusuri banyak faktor di masa lampu untuk satu keluaran dan dapat dilakukan untuk sampel terbatas

nniikenmout mengatakan...

NIKEN TRI GUSTI
10111001015

1. Perbedaan secara umum terletak pada faktor paparan (exposure factors) dan kejadian penyakit.
- Studi kohort, faktor paparan terjadi di masa sekarang, lalu diselidiki hingga kejadian penyakit apakah akan terjadi di masa depan, sedangkan
- Studi desain potong lintang (cross-sectional), faktor paparan dan kejadian penyakit tejadi pada masa sekarang secara bersamaan (in the present) serta sampel direkrut tidak berdasarkan status paparan/penyakit, tetapi dipilih mereka yang diasumsikan sesuai dengan studi dan mewakili populasi yang akan diteliti secara potong lintang.

2. Contoh studi kasus kontrol
o Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus Di Kabupaten Karanganyar)
o Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis (Studi Kasus Di Kabupaten Demak)
o Hubungan Faktor Lingkungan Dankarakteristik Individu Terhadap Kejadian Penyakit Leptospirosis Di Jakarta, 2003-2005
o Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia <45 Tahun (Studi Kasus Di RSUP Dr. Kariadi Dan RS Telogorejo Semarang)
o Perbedaan Indeks Prestasi Antara Mahasiswa Merokok Dan Tidak Merokok (Studi Kasus Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Di Perguruan Tinggi Surakarta

3. Contoh studi kasus kohort
o Studi Kohort Kejadian Penyakit DBD Di Wilayah Kecamatan Sawahan Kota Surabaya Tahun 2010
o Studi Kohort Prevalensi Obesitas Siswa Siswi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Kota Yogyakarta
o Hubungan Derajat Asma Dengan Kualitas Hidup Yang Dinilai Dengan Asthma Quality Of Life Questionnaire
o Konsentrasi Mangan Dalam Udara Ambient Dan Kejadian Iritasi Saluran Pernafasan (Studi Kohort Prospektif Pada Anak-Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun Di Desa Satar Punda, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur Tahun 2011)
o Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes

4. Contoh studi kasus potong lintang
o Pola Makanan Pendamping Air Susu Ibu Dan Status Gizi Bayi 0-12 Bulan Di Kecamatan Lhokinga Kabupaten Aceh Besar
o Hubungan Antara Pola Konsumsi Gluten Dan Kasein Dengan Skor CARS (Childhood Autism Rating Scale) Pada Anak ASD (Autistic Spectrum Disorder)
o Hubungan Indeks Massa Tubuh, Hemoglobin Dan Kesegaran Jasmani Dengan Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Bagian Packaging (Studi Di PT Danliris, Banaran, Grogol, Sukoharjo)
o Hubungan Kadar Hbco Dengan Kapasitas Vital Paru Pedagang Di Terminal Bus Purwokerto
o Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Batita Di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004

5. kelebihan dan kekurangan studi kasus kontrol:
kelebihan :
1. sangat tepat pada kasus yang jarang terjadi di masyarakat.
2. Bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan di masa lampau.
3. Odds rasio nilainya mendekati risk rasio (risk ratio).
4. Hasil dapat diperoleh dengan cepat
5. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit
6. Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit

Kelemahan :
1. Hanya bisa menginvestigasi satu kondisi kesehatan/penyakit.
2. Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya.
3. Bias seleksi.
4. Bias informasi.
5. Data mengenai pajanan faktor resiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan medik
6. Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh
7. Sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok kasus dan kontrol itu sebanding dalam faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
8. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.

Unknown mengatakan...

Perbaikan
NAMA : NYAYU NUR QOMARIA
NIM : 10111001017


1. Perbedaan studi kohort dan studi potong lintang :
Studi Kohort
a. Mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok terpapar berdasarkan status penyakit
b. Untuk faktor paparan yang jarang terjadi dan menghitung angka insiden (incidence rates).
c. Memerlukan waktu yang panjang serta sampel dan biaya yang cukup besar.
d. Dapat mengukur sebab (pajanan) dan akibat (penyakit) karena adanya tingkat yang alur jelas.
e. Responden diikuti oleh peneliti ke depan (prospektif) sehingga mengurangi bias.
f. Hasil penelitian menerangkan hubungan antara factor risiko dan efek

Studi Cross Sectional
a. Mempelajari/mengukur hubungan penyakit (akibat) dengan pajanan (penyebab) dalam waktu yang bersamaan pada satu saat
b. Diperoleh prevalensi suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat,(Prevalence study)
c. Keterbatasan dana, waktu dan tenaga, alternatif desain yang sederhana.
d. Kurang mengetahui alur terjadinya penyakit.
e. Dapat terjadi bias karena sampel sedikit sehingga tidak mewakili sebagian besar populasi.
f. Hasil penelitian sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan

2. Contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol
a. Riset Tentang Hubungan Antara Angioskorma Hati Dan Vinil Klorida (Brady Et Al, 1977), Penelitian Tentang Kematian Ibu Postpartum Dan Persalinan Sesar.
b. Faktor Sosiodemografi Dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Chikungunya Di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006 oleh FY Oktikasari, D Susanna, IM Djaja.
c. Knowledge and attitude toward AIDS/HIV Among senior school student in Isfahan oleh Zahra Abdeyazdan, Narges Sadeghi.
d. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gizi Lebih Pada Siswa Sd Negeri 11 Manado Oleh Fauzul Badjeber, Nova H. Kapantouw, Maureen Punuh

3. Contoh judul penelitian dengan studi desain kohort
a. Penelitian yang dilakukan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yang bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa energy yang dihasilkan oleh video display terminal (VDT’s) dimungkinkan dapat menybabkan keguguran secara spontan.
b. Kejadian Tuberkulosis Pada Anak Setelah Imunisasi Baccilus Calmette Et Guerrin Di 5 Wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Tahun 2000-2002 oleh Maria Holly Herawati, Nastiti N. Rahayoe, Lukman Hakim Tarigan, Asri C. Adisasmita
c. Kejadian Ketuban Pecah Dini dan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Oleh Shufiatul Istiqomah, Dyah Noviawati Setya Arum, Yani Widyastuti
d. Insidens defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada bayi berusia 0-12 bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan: studi kohort prospektif oleh P Ringoringo, Sari Pediatri

Unknown mengatakan...

LANJUTAN


4. contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang
a. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya Oleh Ririh Yudhastuti, Anny Vidiyani
b. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Batita Di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004 Oleh Fivi Melva Diana
c. Konsep Diri Dan Gaya Hidup Lansia Yang Mengalami Penyakit Kronis Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Khusnul Khotimah Pekanbaru oleh Reni Zulfitri
d. Metode persalinan dan hubungannya dengan inisiasi menyusu dini di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta oleh Sheilla Virarisca, Djaswadi Dasuki, Sulchan Sofoewan

5. Kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol
a. Kelebihan studi desain kasus kontrol
1. Dapat mengetahui faktor risiko suatu penyakit secara retrospektif.
2. Dapat dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan mengukur faktor paparan dimasa lampau.
3. Tidak terkendala etik.
4. Pengambilan kasus dan kontrol pada kurun waktu yang bersamaan.
5. Adanya pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam.
6. Tidak perlu intervensi waktu, lebih ekonomis sebab subyek bias dibatasi.

b. Kelemahan studi desain kasus kontrol
1. Bias penelitian akibat tidak dilakukan pengukuran oleh peneliti dengan tanpa mengetahui yang harus diukur (blind measurement).
2. Kelemahan pengukuran variable secara retrospektif adalah obyektivitas dan reliabilitasnya sehingga faktor-faktor risiko yang tidak jelas informasinya.
3. Kesulitan memilih kontrol karena banyaknya faktor risiko dan/atau sedikitnya subyek penelitian.

Unknown mengatakan...

NAMA : GITA YUNI ANDRILA
NIM : 10111001038
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

LATIHAN STUDI DESAIN EPIDEMIOLOGI

1.Perbedaan studi kohort dan Studi Potong lintang
Studi Kohort
a.Informasi : Tidak akan terjadi recall bias
b.Rumus : RR = a/(a+b) : c/(c+d)
c.Sampel : Jumlah sampel penelitian dalam cukup besar
d.Ukuran : memungkinkan peneliti menghitung angka insiden (incidence rates).
e.Biaya : biaya yang dibutuhkan cukup besar untuk melakukan penelitian
f.Waktu : Memerlukan waktu yang panjang
g.Factor paparan kejadian penyakit : Faktor paparan terjadi dimasa sekarang, lalu kejadian penyakit apakah akan terjadi di masa depan.

Studi Potong Lintang
a.Informasi : Bisa terjadi recall bias
b.Rumus : RP = a/(a+b) : c/(c+d)
c.Sampel : Sampel dalah mereka yang diasumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti dan mewakili populasi yang akan diteliti secara potong lintang sehingga hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi.
d.Ukuran : Perhitungan yang bisa dihitung angka prevalensi dan rasio prevalensi.
e.Biaya : biaya studi potong lintang relative lebih murah atau biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar
f.Waktu : Pengukuran dilakuakan satu waktu sehingga tidak memerlukan waktu yang begitu panjang
g.Factor paparan kejadian penyakit : Potong lintang, faktor paparan dan kejadian penyakit terjadi pada masa sekarang secara bersamaan (in the present)

2.contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
a.Faktor Risiko Candiduria Pada Pasien Yang Dirawat Di Rsup Dr Kariadi Semarang
b.Hubungan Faktor Lingkungan Dan Praktik Pencegahan Dbd Dengan Kejadian Dbd Pada Anak Sekolah Usia 5-11 Tahun Di Sekolah Wilayah Kecamatan Candisari Semarang Tahun 2013
c.Faktor Pengetahuan Sikap Dan Praktek (Psp) Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria (Studi Kasus Di Puskesmas Ansus Distrik Yapen Barat Kabupaten Kepulauan Yapen)
d.Perilaku Dan Risiko Penyakit Hiv-Aids Di Masyarakat Papua Studi Pengembangan Model Lokal Kebijakan Hiv-Aids
e.Hubungan Kualitas Pemeriksaan Antenatal Dengan Kematian Perinatal (Studi Kasus Di Kabupaten Banyumas)

3.contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
a.Hubungan ketahanan Hidup 1 Tahun Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Di RS Dr. Kariadi Semarang dengan Faktor – Faktor – Faktor yang Berpengaruh
b.Penentuan jumlah infiltrasi limfosit di sekitar karsinoma Payudara duktus invasive grade II stadium III Sebagai factor prognosis
c.Pengaruh Senam Pencegahan Osteoporosis Terhadap Nilai Densitas Tulang Pada Wanita Postmenopause Di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang
d.Hubungan gangguan fungsi enteral terhadap kejadian diare berulang pada anak umur 1-24 bulan
e.Hubungan antara metode operasi Lichtenstein dengan tepi mesh kranio-lateral dilakukan overlapping dengan tidak dilakukan overlapping pada kejadian residif hernia inguinalis lateralis

Unknown mengatakan...

LANJUTAN
NAMA : GITA YUNI ANDRILA
NIM : 10111001038

4.Contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
a.Hubungan Antara Jumlah Leukosit, Dan Skor Karnofsky Pada Pasien Kanker Paru
b.Faktor-Faktor Yang Berperan Terhadap Kejadian Resistensi Insulin Pada Pasien Hipertensi Esensial Non Diabetika (Factors That Have A Role To The Insulin Resistance Incidence In Non-Diabetic Essential Hypertension Patient)
c.Bungan Antara Mikroalbuminuria Dengan Indeks Massa Ventrikel Kiri. Pada Pasien Hipertensi Esensial Non Diabetik (Correlation Between A/Ficroalbuininuria And Left Ventricular Mass Index In Non-Diabetic Essential Hypertensive Patients)
d.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengelasan di Kota Pontianak
e.Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Motivasi Ibu Peserta Keluarga Berencana Dengan Persepsi Kesuburan Setelah Melahirkan Di Puskesmas Klaten Utara

5.kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
Kelebihan dan kelemahan studi kasus kontrol menurut sumber lain
Kelebihan
a.tidak ada kendala etika ketika penelitian seperti pada penelitian eksperimental
b.studi kasus control sesuai untuk penyakit yang jarang terjadi atau yang mempelajari perihal klinik
c.waktu yang diperlukan untuk penelitian cepat dan biaya penelitian murah
d.Hipotesis kausal didukung oleh hasil penelitian dengan menegakkan adanya asosiasi
e.Jumlah subjek lebih kecil dibandingkan kebutuhan sampel cross-sectional dan kohort
f.Ada pengendendalian factor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam
g.Pengambilan kasus dan control di ambil pada waktu yang bersamaan
h.Menggunakan data skunder untuk melihat data historis yang tersedia pada catatan medic pasien

Kelemahan
a.Data skunder yang diambil dari Rumah Sakit tidak lengkap dan biayanya tidak menyediakan informasi yang butuhkan
b.Kasus yang diperoleh mungkin tidak representative, karena kasus yang diperoleh adalah kasus selamat dan tidak menemukan kasus yang meninggal
c.Sering terjadi berbagai bias yaitu Bias seleksi dan bias informasi
d.Kesulitan memilih kontrol yang tepat (jika diambil pada 2 populasi yg terpisah
e.Tidak bisa menghitung laju insidensi

Unknown mengatakan...

Nama : Hamida Yanti
Nim : 10111001061
1. perbedaan studi kohor dan studi potong lintang yaitu :
a. Studi Kohort :
- Membutuhkan waktu, tenaga dan pendanaan yang cukup besar.
- Tingkat alur yang dimulai dari faktor paparan sampai terjadinya sakit terlihat jelas karena diikuti secara terus menerus.
- Dapat meminimalisir bias terutama untuk bias informasi karena responden diikuti ke depan (prospektif).
- Dapat mengontrol factor perancu sehingga dihasilkan outcome ang diinginkan.
b. Sedangkan Studi potong lintang (cross sectional) adalah
- Menggunakan desain yang sederhan sehinga tidak membutukan dana, waktu dan tenaga yang cukup besar.
- Cara pemilihan subjek dalam penelitian adalah mereka yang diasumsikan sesuai dengan studi yang akan diteliti dan mewakili populasi sehingga hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi.
- faktor paparan dan kejadian penyakit diteliti dalam satu waktu.
2. Contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol
a. Hubungan antara hiperglikemi dan kejadian karsinoma kolorektal di rumah sakit umum pusat Dr.Kariadi oleh Qoryami Radjsih Hastut (http://eprints.undip.ac.id/23654/1/Qoryami.pdf)
b. Hubungan antara Ca payudara dan penggunaan kontrasepsi oral (OC) pada rumah sakit X pada periode tahun 2008.
( http://richwanto.blogspot.com/2010/11/desain-penelitian.html)
c. Hubungan derajat berat merokok berdasarkan indeks brinkman dengan derajat berat ppok oleh Ika Nugraha C.A.
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=c.%09Hubungan%20derajat%20berat%20merokok%20berdasarkan%20indeks%20brinkman%20dengan%20derajat%20berat%20ppok.%20&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fejournal.stikespku.ac.id%2Findex.php%2Fprofesi%2Farticle%2Fdownload%2F15%2F13&ei=I71YVO73DYyOuASHroHgAQ&usg=AFQjCNEayWuDbXM3DgZi1pLBEee0j1hFVg&sig2=Syx5GRZcck2_iP9-94g--A&bvm=bv.78677474,d.c2E)

Unknown mengatakan...

lanjutan

3. contoh judul penelitian dengan studi desain kohort yaitu
a. Hubungan antara CA Paru dengan merokok (Risiko) dengan pendekatan prospektif (http://richwanto.blogspot.com/2010/11/desain-penelitian.html)
b. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian methicillin-resistant staphylococcus aureus (mrsa) pada kasus infeksi luka pasca operasi di ruang perawatan bedah rumah sakit dokter kariadi semarang oleh Nurkusuma, Dudy Disyadi (2009)
(http://eprints.undip.ac.id/28863/)
c. Resiko Kebiasaan Minum Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=c.%09Resiko%20Kebiasaan%20Minum%20Kopi%20pada%20Kasus%20Toleransi%20Glukosa%20Terganggu%20terhadap%20Terjadinya%20Diabetes%20Mellitus%20Tipe%202&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F1110000095-metabolism-system%2Fmbs127_slide_penelitian_prospektif_atau_studi_kohort.pdf&ei=w75YVPecOtehugSI1YKIAg&usg=AFQjCNFxSTYX8RPQloeV16z2biq8eNHTiA&sig2=_tCwKRyVXXIBmOkwghlUxQ&bvm=bv.78677474,d.c2E)
4. contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Ciputat Tahun 2013.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/164?)
b. Efek game online terhadap tindakan kekerasan anak jalanan oleh Nurul Ilmi Zulkifli
(http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/pekommas/article/view/137)
c. Hubungan status gizi dengan kejadian angular cheilitis pada anak-anak di lokasi pembuangan akhir sumompo kota manado oleh Citra Ilery, Christy N. Mintjelungan, Joenda Soewantoro.
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Hubungan%20status%20gizi%20dengan%20kejadian%20angular%20cheilitis%20pada%20anak-anak%20di%20lokasi%20pembuangan%20akhir%20sumompo%20kota%20manado&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fejournal.unsrat.ac.id%2Findex.php%2Fegigi%2Farticle%2Fdownload%2F1927%2F2166&ei=ub9YVJ-bKcfVuQTr1YDoAQ&usg=AFQjCNEbPzQbfJljUB1kocPM-BRTZo97fg&sig2=uYAaMn2qQ4s-F_6AdXKpqQ&bvm=bv.78677474,d.c2E)
5. kelebihan dan kelemahan studi desain kasus control yaitu sebagai berikut :
kelebihanya :
- desain studi ini cocok dilakukan pada kasus yang jarang terjadi di masyarakat, seperti kanker, HIV/AIDS, sehingga bisa diketahui factor risiko dengan metode retrospektif secara cepat,.
- desain ini bisa dilakukan pada jumlah sampel yang terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu kasus.
Kelemahan :
- Hanya bisa untuk menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit yang di kilas balik ke belakang mengenai seberapa banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
- Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya.
- Bias seleksi. Bias ini terjadi karena responden yang merupakan kelompok control yang seharusnya tidak terpapar oleh factor resiko bias saja menderita sakit seperti pada kelompok kasus, walaupun masih dalam tahap gejala.
- Bias Informasi. Hal ini disebabkan karena informasi yang akan didapatkan tergantung dari daya ingat responden.

DMAtikah mengatakan...

dwi mulia atikah (10111001034)

1. Perbedaan studi kohot
• Desain Penelitian : Mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok terpapar berdasarkan status penyakit
• Metode Penelitian : Longitudinal prospective (dimulai dari status keterpaparan kemudian dilakukan penelusuran kedepan terhadap suatu penyakit)
• Sampel : Sampel banyak
• Waktu : Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
• Biaya : Menerangkan hubungan antara factor risiko dan efek
• Penyakit yang diteliti : Tidak efisien untk penyakit yang jarang
• Informasi : Tidak akan terjadi recall bias
• Rumus : RR = a / (a+b) : c / (c+d)

Perbedaan studi potong lintang
• Desain Penelitian : mempelajari/mengukur hubungan penyakit (akibat) dengan pajanan (penyebab) dalam waktu yang bersamaan pada satu saat
• Metode Penelitian : Diperoleh prevalensi suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat, (Prevalence study)
• Sampel : Sampel banyak
• Waktu : Mudah, murah, dan hasilnya relatif cepat dapat diperoleh
• Biaya : Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan
• Penyakit yang diteliti : Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
• Informasi : Bisa terjadi recall bias
• Rumus : RP = a/(a+b) : c/(c+d)

2. Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol
• Hubungan antara Penyakit Diabetes Mellitus (DM) pada remaja dengan perilaku pemberian makanan.
• Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Kebiasaan Merokok pada Ibu Hamil
• Hubungan antara hiperglikemi dan kejadian karsinoma kolorektal di rumah sakit umum pusat Dr.Kariadi semarang
3. Contoh judul penelitian dengan studi desain kohort
• Hubungan antara Penyakit Jantung dengan Merokok
• Hubungan antara kehamilan di luar rahim dengan pemakaian IUD
• Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan Kejadian Thypoid
4. Contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang
• Hubungan antara kebiasaan menggunakan obat nyamuk semprot dengan batuk kronik berulang (BKB) pada anak balita
• Hubungan Kualitas Menyusui dengan Kelancaran Pengeluaran ASI
• Hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan berat badan bayi lahir (BBL)
5. Kelebihan penelitian kasus control:
a. Sangat tepat sekali pada kasus yang jarang terjadi di masyarakat
b. Dilakukan dengan cepat dan murah
c. Dapat dilakukan di tempat fasilitas klinik
d. Hasil penelitian sudah menunjang kearah dukungan hipotesis kausal dengan menegakkan adanya asosiasi
e. Memungkinkan memakai data sekunder
f. Bisa dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome

Kelemahan penelitian dengan studi desain kasus control:
a. Hanya bisa menginvestigasi satu kondisi kesehatan/penyakit,
b. Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya
c. Memungkinkan terjadinya bias seleksi dan bias Informasi
d. Data sekunder kadang tidak lengkap
e. Kriteria diagnosis berbeda antar petugas kesehatan
f. Sulit mencari kasus yang meninggal sehingga dominan kasus selamat

Unknown mengatakan...

NAMA : BUNGA EWITA
NIM : 10111001029

1. Perbedaan studi kohort dan studi potong lintang :
Studi Kohort :
- Mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok terpapar berdasarkan status penyakit
- Longitudinal prospective
- Menerangkan hubungan antara factor risiko dan efek
- Paparan terjadi pada masa sekarang dan outcome terjadi pada masa yang akan datang

Studi Potong Lintang :
- Mempelajari/mengukur hubungan penyakit (akibat) dengan pajanan (penyebab) dalam waktu yang bersamaan pada satu saat
- Diperoleh prevalensi suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat
- Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan
- Paparan dan outcome terjadi pada masa sekarang (satu waktu yang sama)


2.Contoh judul penelitian dengan studi desain kasus control :
a.Faktor risiko diare pada bayi dan balita di indonesia: Systematic review penelitian akademik bidang kesehatan masyarakat
b.Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karangayar Tahun X
c.Faktor-faktor Risiko Ibu Hamil yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel I Boyolali Tahun 2008

3.Contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang :
a.Kualitas menyusui terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu
b.Hubungan antara pengetahuan ibu tentang HIV/AIDS terhadap sikap ibu kepada ODHA
c.Hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan berat badan bayi lahir

4.Contoh judul penelitian dengan studi desain kohort :
a.Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan KejadianThypoid
b.Hubungan antara CA Paru dengan merokok (Risiko) dengan pendekatan prospektif
c.Resiko Kebiasaan Minum Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2

5.Kelebihan dan kelemahan studi kasus control :
Kelebihan
- Relatif murah dan mudah dibandingkan disain penelitian analitik lainnya
- Tepat untuk meneliti penyakit dengan periode laten yang panjang
- Tepat untuk meneliti penyakit yang langka atau jarang terjadi
- Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap sebuah penyakit/outcome

Kelemahan
- Rawan terhadap berbagai bias (bias seleksi dan bias informasi)
- Tidak efisien untuk mempelajari paparan yang langka
- Tidak dapat menghitung angka insidens
- Tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit

Unknown mengatakan...

1) perbedaan studi kohot dan studi potong lintang
Studi kohort :
1. faktor paparan dilihat mulai saat ini sampai munculnya kejadian penyakit yang akan terjadi di masa depan.
2. Interpretasi kausalitas faktor paparan dan kejadian penyakit jelas.
3. Untuk faktor paparan atau kasus yang jarang terjadi.
4. Menggunakan ukuran angka insiden.
5. Membutuhkan Biaya yang Mahal.
6. Sampel ditentukan dan membutuhkan jumlah sampel yang banyak agar mencegah adanya kehilangan sampel yang difollow-up.
7. Harus di follow up sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Studi potong lintang :
1. Faktor paparan dan kejadian penyakit diteliti secara bersamaan pada saat sekarang.
2. Tidak ada kejelasan kausalitas kejadian penyakit.
3. Menggunakan ukuran prevalensi
4. Tidak untuk faktor paparan atau kasus yang jarang terjadi.
5. Biaya murah.
6. Setiap orang dapat menjadi sampel sehingga tersedia cukup banyak dalam mewakili populasi dan tidak sulit mencari responden.
7. Tidak membutuhkan waktu yang lama karena dilakukan dalam satu waktu.

2) contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol
- Hubungan antara hiperglikemi dan kejadian karsinoma kolorektal di rumah sakit umum pusat Dr. Kariadi Semarang
- Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus Di Kabupaten Semarang)
- Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 Tahun (Studi Kasus Di Rsup Dr. Kariadi Dan Rs Telogorejo Semarang)

3) contoh judul penelitian dengan studi desain kohort
- Pengaruh makanan tambahan terhadap konversi dahak pada penderita tuberkulosis di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan Tahun 2008-2009
- Resiko Kebiasaan Minum Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2
- Hubungan Antara Status Gizi Ibu Hamil Dengan Berat Badan Bayi Lahir (Studi Kasus Di Rb Pokasi )
4) contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang
- Faktor Risiko Asma Pada Murid Sekolah Dasar Usia 6-7 Tahun di Kota Padang.
- Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita 10-59 bulan yang dirawat inap di RSUP Persahabatan Jakarta Tahun 2008
- Hubungan antara pengetahuan gizi ibu mengenai susu dan faktor lainnya dengan riwayat susu selama masa usia sekolah dasar pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB sudirman Jakarta Tahun 2009
5) kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol
- Kelemahan
1. Tidak bisa dipakai lebih dari satu variabel dependen.
2. Hanya bisa menggunakan ukuran Odd Rasio (OR).
3. Bias seleksi. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam memilih sampel, kaitannya dengan faktor paparan dan kejadian penyakit pda kelompok kontrol dan kasus.
4. Bias Informasi. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menggali informasi khususnya pada kelompok kasus dalam mengingat faktor paparan suatu penyakit yang terjadi di masa lampau.
- Kelebihan
1. Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang terjadi.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Retrospektif dengan menggali informasi faktor paparan di masa lampau dari suatu kejadian penyakit.
4. Subjek penelitian sedikit.

Nama : Puspita Selviani
NIM : 10111001018

Unknown mengatakan...

Lanjutan....

4. beberapa judul menggunakan studi potong lintang:
• Hubungan Kadar HbCO dengan Kapasitas Vital Paru Pedagang di Terminal Bus Purwokerto
• Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya
• Cross-sectional study on the iron and vitamin A status of pregnant women in West Java, Indonesia.

5. kelemahan dan kelebihan studi kasus kontrol
Kelemahan:
1. Studi ini rentan terjadi bias, baik bias informasi dan bias seleksi. Mengingat studi ini meminta sampel untuk mengingat masa lalu kejadian penyakitnya yang tidak semua sampel masih ingat terutama yang merupakan kelompok kontrol.
2. Hanya bisa menunjukan 1 penyakit saja
3. Tidak bisa menghitung angka kejadian baru karena kita melihat ke belakang (retrospektif)
4. Tidak dapat mengintervensi penyakit tersebut dan tidak bisa mengevaluasi tindakan pengobatan yang dilakukan
5. Validasi data susah didapat

Kelebihan:
1. Biasa dipakai pada kasus yang langkah atau masa latennya panjang.
2. Hasilnya bisa didapatkan dengan waktu yang relatif cepat
3. Biaya yang digunakan relatif sedikit
4. Terhindar dari masalah etik

Unknown mengatakan...

1. Jelaskan perbedaan studi kohot dan studi potong lintang?
Perbedaan Studi kohor dan studi Cross sectional (Potong lintang) secara umum dapat dilihat dari faktor paparan dan kejadian penyakit .
a. Studi desain potong lintang, faktor paparan dan kejadian penyakit terjadi pada masa sekarang secara bersamaan (in the present) studi potong lintang tidak memerlukan waktu follow up.
b. desain kohort, faktor paparan terjadi dimasa sekarang, lalu diselidiki hingga kejadian penyakit apakah akan terjadi di masa depan. Berbanding terbalik dengan studi cross sectional maka studi kohor perlu dana yang besar dan waktu yang panjang.

2. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
a. peranan kadar Trigliserida dan lipoprotein sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner.
b. Faktor resiko diare pada bayi dan balita di Indonesia
c. Fator-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok usia kurang dari 45 tahun
3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort
a. hubungan nilai CD4 pada awal pengobatan ARV dengan kemampuan hidup 1 tahun orang dengan HIV/ AIDS (ODHA)
b. Pengaruh fisioterapi terhadap kekuatan otot ekstremitas pada penderita stroke non hemorgik
c. Pengaruh pemberian makanan pendamping asi tradisional pada usia dini terhadap pertumbuhan dan kesakitan bayi
4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
a. hubungan antara kadar plumbum (pb) dan hipertensi padaa polisi lalu lintas di kota palembang
b. Hubungan kepuasan kerja dan komitmen organisasi dengan organizational citizenship behavior (ocb) di politeknik kesehatan palembang
c. Metode persalinan dan hubungannya dengan inisiasi menyusui dini di RSMH palembang
5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
Kelemahan penelitian dengan studi desain kasus kontrol adalah
a. kemungkinan terjadinya bias informasi karena penelitian kilas balik ke belakang
b. kemungkinan terjadinyaa bias seleksi karena Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor resiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus.
c. Tidak dapat menghitung insiden rate karena subjek penelitian dipilih berdasarkan status penyakit. Hal ini menyebabkan pada studi ini tidak bisa menghitung Resiko Relatif
d. Hanya dapat meneliti satu penyakit dan sulit memilih kontrol yang tepat
Kelebihannya ,
a. Desain Case control lebih tepat digunakan untuk kasus yang jarang terjadi, dengan metode retrospektif, menyelidiki responden dengan memberikan pertanyaan tentang masa lampau hingga terjadi penyakit
b. Desain Case control lebih relatif murah dan mudah dibandingkan desain analitik lainnya.
c. Dapat meneliti pengaruh banyak paparan (faktor resiko) terhadap suatu penyakit secara simultan.
d. Tidak ada kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
e. Bisa dilakukan dengan responden yang terbatas

Unknown mengatakan...

NAMA : MEURA STIFILLA YOLANDA
NIM : 10111001013
Fakultas Kesehatan Masyarakat

LATIHAN STUDI DESAIN EPIDEMIOLOGI
Jawaban :

1. Jelaskan perbedaan studi kohort dan studi potong lintang?
Perbedaan Studi Kohort dan Studi Potong Lintang :
•Studi Kohort
- Jumlah sampel yang dibutuhkan cukup besar.
- Dalam penelitian kohort ukuran perhitungan yang digunakan oleh peneliti adalah angka insiden (incidence rates).
- Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian cukup besar dan tidak murah.
- Memerlukan waktu yang panjang terutama untuk mengetahui efek dari beberapa faktor paparan dan untuk menginvestigasi penyakit kronik.
- Dalam penelitian kohort faktor paparan terjadi dimasa sekarang dan kejadian penyakit terjadi di masa depan.
- Penelitian ini dapat menggunakan rumus RR = a/(a+b) : c/(c+d)

•Studi Potong Lintang
- Subjek yang digunakan dalam penelitian ini diasumsikan sesuai dengan studi yang akan diteliti dan mewakili populasi yang akan diteliti.
- Ukuran perhitungan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah angka prevalensi dan rasio prevalensi.
- Biaya yang dibutuhkan relatif lebih murah.
- Pengukuran dapat dilakukan dalam satu waktu, karena dalam penelitian ini waktu yang diperlukan tidak begitu panjang.
- Dalam penelitian potong lintang ini faktor paparan dan kejadian penyakit terjadi pada masa sekarang secara bersamaan.
- Penelitian ini dapat menggunakan rumus RP = a/(a+b) : c/(c+d)

2. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
Contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol
•Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian Hepatitis A Pada Taruna Akademi Kepolisian Tahun 2008 Studi Di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang.
•Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk Dan Kebiasaan Keluarga Dengan Kejadian Demam Berdarah Dangue Di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2008
•Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) (Studi di Sekolah Dasar Negeri Brebes 3)
•Hubungan Antara Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olah Raga Terhadap Kejadian Diabetes Militus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari
•Pengaruh Paparan Uap Belerang Terhadap Kejadian Erosi Gigi : Studi pada Pekerja Tambang Belerang di Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
Contoh judul penelitian dengan studi desain kohort
•Pengaruh Jaminan Kesehatan Masyarakat Pelayanan Pertolongan Persalinan Terhadap Keikutsertaan Keluarga Berencana
•Hubungan Pola Asuh Ibu dan Kejadian Diare Dengan Pertumbuhan Bayi Yang Mengalami Hambatan Pertumbuhan Dalam Rahim Sampai Umur Empat Bulan Correlations Of Mother’s Caring Pattern and Diarrhea Occurences With Intra Uterine Growth Retardate Babies’ Growth in The First Four Months
•Hubungan Derajat Spastisitas Maksimal Berdasarkan Modified Ashworth Scale Dengan Gangguan Fungsi Berjalan Pada Penderita Stroke Iskemik
•Hubungan Status Volume dan Tekanan Darah Penderita Hemodialisis Kronik RS Dr. Kariadi Semarang
•Hubungan Kadar Malondialdehid Plasma Dengan Keluaran Klinis Stroke Iskemik Akut

4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
Contoh judul penelitian dengan studi potong lintang
•Hubungan Akses Media Massa dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja (Studi Kasus di SMK Kristen Gergaji)
•Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pria Tentang Keluarga Berencana dengan Partisipasi Pria Dalam Pemakaian Metode Kontrasepsi Keluarga Nerencana di Kabupaten Berito Kuala
•Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengelasan di Kota Pontianak
•Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, dan Modal Sosial dengan Status Gizi Anak Balita di Kabupaten Sragen
•Hubungan Antara Pemberian Asi Ekslusif Dengan Angka Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta

Unknown mengatakan...

Lanjutan..
NAMA : MEURA STUFILLA YOLANDA
NIM : 10111001013

5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
Kelebihan dan Kelemahan studi desain kasus kontrol
•Kelebihan :
1.Sebagai desain yang dapat digunakan untuk meneliti kasus yang jarang terjadi di masyarakat. Dimana faktor risiko bisa diketahui dengan metode retrospektif, faktor paparan yang telah terjadi pada masa lampau sampai terjadinya penyakit dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan pada responden.
2.Menggunakan jumlah sampel yang terbatas serta dapat mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome.
3.Desain ini memiliki odds rasio yang nilainya mendekati risk rasio, dimana nilai odds rasio merupakan rata-rata antara kelompok kasus dan kontrol yang mewakili populasi.
4.Penelitian ini dilakukan dengan cepat dan murah dan dapat dilakukan ditempat fasilitas klinik dengan memakai data sekunder.
5.Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjang hipotesis kausal dengan menegakkan asosiasi.
6.Jumlah subjek lebih kecil dibandingkan penelitian cross-sectional dan kohort.

•Kelemahan :
1.Penelitian ini hanya bisa menginvestigasi satu outcome, karena dikilas balik ke belakang.
2.Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya.
3.Responden pada kelompok kontrol menghindari untuk terpapar pada faktor risiko dari penyakit pada kelompok kasus, sehingga subjeknya tidak mudah untuk dipilih. Kemungkinan terjadinya bias seleksi dalam penelitian ini sangat besar.
4.Sumber data berupa informasi yang akan didapatkan tergantung kepada daya ingat dari responden, jika responden tidak ingat terhadap faktor yang telah terjadi pada masa lampau, sering menimbulkan bias informasi.
5.Data sekunder yang didapat sering tidak lengkap dan terdapat perbedaan hasil diagnosis kasus dan kontrol karena kriteria yang dipakai setiap petugas yang melakukan diagnosis berbeda-beda.
6.Desain penelitian ini tidak bisa menemukan kasus yang telah meninggal dan kasus dari rumah sakit tidak representatif dari populasi sakit.

Unknown mengatakan...

Nurul Aini (10111001036)

1. Perbedaan studi kohot dan studi potong lintang adalah sebagai berikut :
Desain potong lintang merupakan desain yang mempelajari hubungan antara penyakit dengan pajanan pada saat yang bersamaan. Biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian dengan desain studi ini relatif murah, waktu yang diperlukan juga seingkat, karena pada desain studi ini dayang yang diperlukan oleh peneliti dapat diperoleh saat itu juga. namun desain studi ini sangat memungkinkan untuk terjadinya bias. Dan hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi.
Desain kohort merupakan desain yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok terpapar. pada desain studi ini peneliti memerlukan biaya dan waktu yang besar dikarenakan sifat penelitian yang longitudinal prospective yaitu penelitian dimulai dari status keterpaparan kemudian dilakukan penelusuran kedepan terhadap suatu penyakit. dan penelitian ini dinilai tidak efisien untuk kejadian penyakit yang jarang terjadi.

2. Contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol sebagai berikut:
a. Hubungan Antara Hiperglikemi Dan Kejadian Karsinoma Kolorektal Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Kariadi Semarang
b. Determinan Keberlangsungan Kebiasaan Merokok Dokter Dan Dokter Gigi Di Kota Makassar Tahun 2012.
c. Hubungan Periodontitis Dengan Penderita Stroke di Rsup dr. Kariadi Semarang.

3. Contoh judul penelitian dengan studi desain kohort sebagai berikut:
a. Resiko Kebiasaan Minum Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2.
b. Evaluasi Penggunaan Antihi Pertensi Konvensional Dan Kombinasi Konvensional-Bahan Alam Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Depok.
c. Hubungan Obesitas Sentral Dengan Andropause Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
4. Contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang sebagai berikut:
a. Hubungan Penggunaan Antibiotika Pada Terapi Empiris Dengan Kepekaan Bakteri Di Icu Rsup Fatmawati Jakarta.
b. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan Makronutrien dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur Tahun 2012.
c. Lama Pajanan Organofosfat Terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Kolinesterase Dalam Darah Petani Sayuran.

5. Kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
a. Kelebihan
1) Satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang.
2) Hasil dapat diperoleh dengan cepat
3) Biaya yang digunakan relative murah
4) Memerlukan subyek penelitian yang sedikit
5) dapat mengidentifikasi berbagai factor resiko sekaligus
6) Tepat sekali untuk meneliti kasus yang jarang terjadi di masyarakat.

Kekurangan:
1) Mengandalkan daya ingat atau catatan medic untuk memperoleh data sehingga dapat terjadi recall bias.
2) Sulit untuk mendapatkan validasi mengenai informasi yang diberikan responden.
3) Tidak dapat memberikan incidence rates.
4) Dapat terjadi bias seleksi.
5) Dapat terjadi bias Informasi.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

EMILIA DWI SEPDALENI 10111001005

1. Perbedaan studi kohort dan studi potong melintang sebagai berikut:
• Studi kohort mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status paparan kemudian diikuti atau di follow up hingga periode tertentu sehingga dapat dihitung besarnya kejadian penyakit, membuktikan inferensi kausa dan dapatkan angka kejadian penyakit (incidence rate) secara langsung, serta cocok untuk meneliti paparan yang langka.
• sedangkan Studi potong melintang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat tanpa adanya follow up dan biaya relatif murah serta tidak mengenal adanya dimensi waktu, sehingga mempunyai kelemahan dalam menjamin bahwa paparan mendahului efek (disease) atau sebaliknya.

2. Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol:
• Hubungan Faktor Lingkungan dan Karakteristik Individu terhadap Kejadian Penyakit Leptospirosis di Jakarta Tahun 2003-2005.
• Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gizi Lebih pada Siswa SD Negeri 11 Manado.
• Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) Dini dengan Status Gizi Kurang pada Anak Umur 6-18 bulan di Kabupaten Gunung Kidul.

3. Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort:
• Perbandingan Manfaat Terapi Antiplatelet Kombinasi Aspirin dan Klopidogrel dengan Aspirin Tunggal pada Stroke Iskemik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
• Pengaruh Suplementasi Seng dan Probiotik terhadap Kejadian Diare Berulang.
• Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas pada Penderita Stroke Non Hemoragik.

4. Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang:
• Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis pada Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi Tahun 2011.
• Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Penjaringan Sari Kecamatan Rungkut Surabaya.
• Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.

5. Kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol:
Kelebihan:
• Tepat digunakan untuk kasus yang jarang terjadi di masyarakat.
• Dapat digunakan pada jumlah sampel terbatas.
• Odds rasio nilainya mendekati risk rasio (risk ratio)
• Cepat, murah dan dapat dilakukan di tempat fasilitas klinik.
• Hasil penelitian sudah menunjang ke arah dukungan hipotesis kausal dengan menegakkan adanya asosiasi.
• Data historis biasanya tersedia pada catatan medik pasien sebagai data sekunder.

Kelemahan:
• Hanya bisa menginvestigasi satu outcome
• Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya.
• Bias seleksi, karena sulit untuk menemukan responden sebagai kelompok kontrol.
• Bias Informasi, karena informasi yang diperoleh tergantung dari daya ingat responden.
• Data sekunder dari rumah sakit sering tidak lengkap atau tidak dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan.
• Kriteria diagnosis yang dipakai berbeda antar petugas kesehatan sehingga terjadi perbedaan dalam hasil diagnosis kasus maupun kontrol.
• Kasus yang diperoleh dirumah sakit mungkin tidak representatif dari populasi sakit.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Perbaikan
FEBY HAPPY MONICA 10111001052

1.Perbedaan studi kohort dan potong lintang.
a.Aspek faktor paparan – kejadian penyakit
Kohort : exposure factors di masa sekarang, outcome (disease) di masa yang akan datang
Potong lintang : exposure factors dan outcome(diseases) terjadi di masa sekarang(bersamaan/in the present)
b.Aspek biaya
Kohort : butuh dana(biaya) yang besar/mahal
Potong lintang : biaya relative kecil
c.Aspek waktu
Kohort : membutuhkan waktu penelitian yang cukup lama
Potong lintang : waktu penelitian relative singkat
d.Ukuran dalam penelitian
Kohor : ukuran yang digunakan angka insidensi
Potong lintang : ukuran yang digunakan angka prevalensi dan ratio prevalensi
e.Sampel
Kohort : butuh sampel yang besar.
Potong lintang : Pemilihan sampel berdasarkan asumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti dan mewakili populasi yang akan diteliti secara potong lintang.
f.Hasil
Kohort : Hasil penelitian yang diperoleh membutuhkan waktu yang lama
Potong lintang : Hasil dapat segera diperoleh pada saat itu juga

2.Berikut judul judul jurnal dengan studi desain kasus kontrol.
a.Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Berdarah Pada Balita Di Kabupaten Sleman oleh Trisno Agung Wibowo, Sri Suparyati Soenarto dan Dibyo Pramono
b.Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di kecamatan pati, kabupaten pati oleh Anugraheni, Hana Sofia and Kartasurya, Martha Irene (2012)
c.Faktor faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara wanita oleh Indrati, Rini (2005)

3. Berikut judul-judul jurnal studi desain kohort.
a.Studi kohort kejadian penyakit demam berdarah dengue oleh misti rahayu, tri baskoro, bambang wahyudi
b.Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas pada Penderita Stroke Non HemorGIK oleh Muhammad Hayyi Wildani, Ika Rosdiana, Ken Wirastuti
c.Pengaruh pemberian kombinasi anti retro virus lebih awal terhadap mortalitas pada ko-infeksi tb-hiv di rumah sakit sanglah denpasar oleh Susila Utama, Agus Somia, Tuti Parwati

4.Berikut judul-judul jurnal studi desain potong lintang.
a.Faktor yang mempengaruhi penularan penyakit kusta berdasarkan pengukuran kadar antibodi anti pgl-1 pada narakontak di kecamatan pragaan kabupaten sumenep oleh Mujib Hannan
b.Indeks massa tubuh sebagai determinan penyakit jantung koroner pada orang dewasa berusia di atas 35 tahun oleh Martiem Mawi
c.Hubungan antara rinitis alergi dengan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pada siswa sltp kota semarang usia 13-14 taiiun dengan mempergunakan kuesioner international studi of asthma and allergies in childhood (isaac) oleh Widodo, Pujo (2004)

5.Kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol
a.Kelebihan studi desain kasus kontrol:
-Lebih tepat jika diimplementasikan pada kasus(diseases) yang jarang terjadi.
-Jangka waktu penelitian relative singkat
-Biaya relative murah, karena waktu penelitian tidak begitu panjang
-Dapat menekan adanya faktor perancu (confounding)

b.Kelemahan studi desain kasus kontrol :
-Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit.
-Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya.
-Tingginya kemungkinan terjadi bias seleksi. Hal ini terkait kesulitan dalam pemilihan kelompok kontrol
-Tingginya kemungkinan terjadi bias Informasi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan mengingat atau daya ingat responden(retropsektif).
-Tidak efisien untuk menyelidiki paparan(exposure) yang jarang
-Adanya kemungkinan terjadi bias temporal ambiguity jika paparan yang diukur adalah paparan masa sekarang.

Unknown mengatakan...

Nama : Afry Yanti Sirait
Nim : 10111001048
TUGAS METOPID

1.Jelaskan perbedaan studi kohot dan studi potong lintang?
jawab:
Desain potong lintang adalah sampel dalam suatu survey direkrut tidak berdasarkan status paparan atau suatu penyakit/ kondisi kesehatan lainnya, tetapi individu yang dipilih menjadi subjek dalam penelitian adalah mereka yang diasumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti dan mewakili populasi yang akan diteliti secara potong lintang sehingga hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi. Oleh karena itu, faktor paparan dan kejadian penyakit/kondisi kesehatan diteliti dalam satu waktu.
Kohort yaitu mempelajari hubungan antara pajanan dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpajan (faktor penelitian) dan kelompok tak terpajan berdasarkan status penyakit. Artinya penelitian dimulai dengan mengidentifikasi status pajanan faktor risiko.
Dapat disimpulkan bahwa kalau desain potong lintang itu hanya melihat sampel langsung kepada penyakitnya dan tanpa membedakan mereka terpapar atau tidak dengan faktor risikonya.. sedangkan kohort, mengikuti sampel dari mereka sama-sama sehat lalu dikelompokkan menjadi terpajan faktor resiko dan tidak terpajan hingga timbul efeknya.

2.Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus kontrol?
Jawab :
a) Hubungan antara Ca paru dengan minum alkohol.hubungan antara penyakit ISPA dengan merokok.
b) Hubungan antara kejadian kanker serviks dengan perilaku seksual.
c) Hubungan antara tuberkulosis pada anak dengan vaksinasi BCG.
d) Hubungan antara status gizi bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu.

3. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort?
Jawab :
a) Hubungan jajan sembarangan dan tidak mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian thypoid.
b) Hubungan antara Ca paru dengan merokok.
c) Hubungan antara status gizi ibu dengan bayi BBLR

4. Berikan beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang?
Jawab:
a) Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak
b) Hubungan perilaku memakai APD dengan kejadian penyakit akibat kerja
c) Hubungan perilaku memakai masker dengan terjadinya ISPA.

5. Jelaskan kelebihan dan kelemahan studi desain kasus kontrol?
Jawab:

Kelemahan desain kasus kontrol
a) Hanya bisa menginvestigasi satu outcome. Karena kita kilas balik terhadap riwayat penyakit sampel yang kita teliti, sehingga peneliti tersebut focus terhadap 1 penyakit saja. Biasanya untuk meminimalkan bias.
b) Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut lainnya. Karena kita memilih sampel yang terpapar dan tidak terpapar sehingga berbeda outcome atau ada yang sehat dan yang sakit.
c) Bias seleksi. Ini terjadi karena adanya kelompok yang terpapar dan tidak terpapar. Mugnkin saja ada kelompok yang tidak terpapar tetapi memiliki sakit yang sama atau masih dalam gejala pada saat di teliti.
d) Bias Informasi. Kita tidak bisa memastikan bagaimana daya ingat dari sampel penelitian kita. Sehingga bisa saja si sampel lupa atau malah menyebutkan kata kira-kira sehingga belum pasti dia terpapar atau tidak.

Kelebihan studi desain kasus kontrol:
a) Cocok untuk kasus yang jarang terjadi.
b) Bisa digunakan pada jumlah sampel yang terbatas sehingga dapat mengekplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau.
c) Cocok digunakan pada kasus yang ingin diketahui penyebabnya secara cepat.

Unknown mengatakan...

SANGKUT HAYATI (1011001050)
PERBAIKAN

soal nomor 5
Kelebihan desain studi kasus kontrol
1. Tepat untuk meneliti kasus yang jarang terjadi di masyarakat
2. Dapat dilakukan dengan jumlah sampel terbatas
3. Nilai OR mendekati nilai RR
4. Cepat dan retrospektif

Kekurangan
1. Hanya menginvestasi satu kondisi penyakit
2. Angka insiden/ukuran asosiasi absolut lainnya tidak dapat di hitung
3. Adanya kemungkinan terjadi bias seleksi dan bias informasi

Sri lestari mengatakan...

nama : sri lestari (10111001021)

1) Perbedaan studi kohort dan studi potong lintang

• Studi kohort
. Arah penelitian: Pada studi ini kita mengobservasi faktor paparan terjadi dimasa sekarang, lalu diselidiki dengan cara mengikutinya hingga kejadian penyakit terjadi atupun tidak terjadi. bersifat prospektif.
Waktu penelitian: panjang/lama
Ukuran frekuensi : insiden
Kegunaan : memberikan gambaran yang cukup lengkap tentang pengaruh dan sifat keterpaparan, hubungan keterpaparan dengan kejadian penyakit serta sifat penyakit yang diteliti. Memungkinkan peneliti menghitung angka insiden.
• Studi potong lintang
Arah penelitian : Pada Studi ini kita mengobservasi faktor paparan dan kejadian penyakit terjadi pada saat ini secara bersamaan. Bersifat in present.
Waktu penelitian: lebih cepat dan sesuai pada saat ini
Ukuran frekuensi : angka prevalensi
Kegunaan: Penelitian ini memberikan gambaran secara umum besarnya suatu permasalahan dan memberikan gambaran dan arah penelitian selanjutnya dan menjadi dasar penelitian kohort.
2) Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kasus control.

1. Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Jalan Terhadap Gangguan Kesehatan Psikologis Anak SDN Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta
2. Pengaruh Kb Suntik DMPA Terhadap Peningkatan Berat Badan Di BPS Siti Syamsiyah Wonokarto Wonogiri
3. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Keatas Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalgubuk Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2010
4. Asupan Gizi dan Status Gizi sebagai Faktor Resiko Hipertensi Esensial pada Lansia di Puskesmas Curup dan Perumnas Kabupaten rejang Lebong Provinsi Bengkulu

3) Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain kohort

1. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Lama Persalinan Kala II Di Bidan Praktik Swasta Kabupaten Tuban
2. Pengaruh Suplementasi Seng dan Probiotik Terhadap Kejadian Diare Berulang
3. Pengaruh Status Gizi Pasien Bedah Mayor Pre-Operasi terhadap Penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pasca Operasi Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
4. Pola Asuh Ibu, Kejadian Diare dan Pertumbuhan Sampai 4 Bulan Pada Bayi Yang Mengalami Hambatan Pertumbuhan Pada Rahim

4) Beberapa contoh judul penelitian dengan studi desain potong lintang

1. Hubungan Antara Kadar HBCO Dengan Kapasitas Vital Paru Pedagang di Terminal Bus Purwokerto.
2. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram
3. Hubungan Antara Konsumsi Protein Hewani Dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Pada Balita Usia Usia 13-36 Bulan
4. Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan Kejadian ISPA pada Balita

5) Kelebihan dan kelemahan studi desain kasus control

• Kelebihan:
1.sangat tepat sekali untuk meneliti kasus yang jarang terjadi di masyarakat maupun penyakit dengan masa laten yang lama.
2.Pelaksanaanya relative lebih cepat dan murah
3.subjek relitif tidak besar jumlahnya.
4.Nilai Odds rasio mendekati risk rasio (risk ratio), terutama pada kasus yang jarang terjadi
5.Memungkinkan untuk mempelajari / mengamati berbagai jenis penyebab yang potensial pada suatu penyakit.
• Kekurangan:
1.Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit,
2. hanya menghasilkan nilai OR.
3.Berisiko terjadi bias.
- Bias seleksi. Hal ini biasanya berkaitan dengan pemilihan kelompok control yang benar-benar sesuai dengan keadaan penelitian.
- Bias Informasi. Hal ini karena mencakup informasi yang telah berlalu sehingga sangat dipengaruhi oleh daya ingat responden.
4. Kasus yang diperoleh kebanyakan adalah kasus yang selamat saja.
5. Pengamatan/penelitian secara mendalam tentang mekanisme penyebab maupun hubungan sebab akibat sulit untuk dilaksanakan.

Unknown mengatakan...

mau nanya klau untuk menentukan faktor resiko diabetes melitus (DM) MASUK dalam studi apa y....
terimakasih

Najmah Usman mengatakan...

referensi materi

Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat, Rajagrafindo: Jakarta

http://najmah-buku.blogspot.co.nz/2016/09/buku-ke-2.html

Najmah, SKM, MPH

Angela mengatakan...



klik disini

TENTANG GAYA HIDUP JAMAN NOW

TENTANG GAYA HIDUP

BERGAYA TENTANG GAYA HIDUP APA ADANYAT

ENTANG HIDUP SEDERHANA



klik disini


mengatasi masalah rumah tangga

solusi rumah tangga yang hancur

gimana sih mengatasi masalah dalam rumah tangga

Blogger mengatakan...

Your Affiliate Profit Machine is waiting -

And earning money online using it is as easy as 1 . 2 . 3!

Here's how it all works...

STEP 1. Choose which affiliate products the system will push
STEP 2. Add some PUSH BUTTON traffic (it takes JUST 2 minutes)
STEP 3. See how the affiliate products system grow your list and sell your affiliate products all for you!

Are you ready to make money ONLINE???

Click here to start running the system

Posting Komentar