PERHITUNGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS

on Sabtu, 04 Oktober 2014
Salah satu kriteria dalam tes skrining/penapisan adalah akurat dan realibilitas. Akurat menunjukkan sejauh mana hasil skrining/penapisan sesuai dengan kenyataannya. Sedangkan reliabilitas berhubungan dengan standardisasi perangkat pengujian atau test konfirmasi(1). Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi alat pengukuran, jika pengukuran dilakukan berulang kali, hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda. Dalam tes konfirmasi, Thornier dan Remain (1961) menemukan sebuah metode yang bernama Screening Test Thorner-Remain. Metode ini berupa alat konfirmasi diagnosis berupa tabulasi 2 x 2 yang menghasilkan nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediktif dan prevalensi(8).

Menurut kamus Epidemiologi (A Dictionary of Epidemiology), sensitivitas adalah proporsi orang yang benar-benar sakit dalam populasi yang juga diidentifikasi sebagai orang sakit oleh tes skrining/penapisan/penapisan. Sensitivitas adalah kemungkingkinan kasus terdiagnosa dengan benar atau probabilitas setiap kasus yang ada teridentifikasi dengan uji skrining/penapisan/penapisan. d (frase: tingkat true positif) (3). Hal yang sama yang disampaikan oleh webb, et.al (2005) bahwa sensitivitas merupakan ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah tes skrining/penapisan/penapisan mengklasifikasikan orang yang sakit benar-benar sakit. Sensitivitas digambarkan sebagai persentase orang dengan penyakit dengan hasiltest positif juga (1). Jika dibandingkan dengan pemeriksaan standar (gold standar), Sensitivitas adalah proporsi subjek yang positif menurut standar emas yang diidentifikasi sebagai positif oleh alat ukur (9). 
Sensitivitas mengukur seberapa sering tes menjadi positif pada orang-orang yang kita tahu memiliki penyakit pada kenyataanya. Misalnya jika kita melakukan tes pada sampel untuk dikembangbiakkan (dikultur) dari 100 wanita dengan infeksi Klamidia Servik, selanjutnya hasil kultur menunjukkan 80 diantaranya positif. Dengan demikian, dapat dikatakan pada kasus ini sensitivitas dari kultur Klamidia jaringan adalah 80 %(10).

Sedangkan spesifisitas berdasarkan Kamus Epidemiologi adalah proporsi orang yang benar-benar tidak sakit dan tidak sakit pula saat diidentifikasi dengan tes skrining/penapisan/penapisan. Ini adalah ukuran dari kemungkinan benar mengidentifikasi orang tidak sakit dengan tes skrining/penapisan/penapisan (frase: angka true negatif). Hubungan yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini empat kali lipat, di mana huruf a, b, c, dan d merupakan jumlah yang ditentukan tabel di bawah ini(3). Webb, et.al (2005) menyampaikan bahwa spesifisitas merupakan ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah tes skrining/penapisan mengklasifikasikan orang yang tidak sakit sebagai orang benar benar yang tidak memiliki penyakit pada kenyataanya. Sensitivitas digambarkan sebagai persentase orang tanpa penyakit yang secara test negatif(1). Jika dibandingkan dengan alat ukur standar, Spesifisitas adalah proporsi subjek yang negatif menurut standar emas yang diidentifikasi sebagai negatif oleh alat ukur(9).

Sensitivitas rendah berarti bahwa tes akan melewatkan banyak individu yang memiliki penyakit ini, sedangkan spesifisitas yang rendah menunjukkan bahwa tes akan menempatkan banyak orang dalam kelompok yang berpenyakit meskipun mereka tidak memiliki penyakit. Dalam jargon epidemiologi dikatakan bahwa suatu skrining/penapisan/penapisan dengan sesisitivitas yang rendah akan meningkatkan beberapa jumlah ‘false negatif’ sedangkan jika suatu skrining/penapisan/penapisan memiliki spesifisitas yang rendah akan menghasilkan banyak ‘false positif’.


Validitas prediktif (predictive validity, prognostic validity) merujuk kepada kesesuaian antara hasil pengukuran alat ukur sekarang dan hasil pengukuran standar emas di masa mendatang. Berbeda dengan validitas sewaktu, hasil pengukuran standar emas dalam validitas prediktif belum tersedia saat ini, melainkan baru diketahui beberapa waktu mendatang. (9) Nilai prediktif positif adalah proporsi pasien yang benar benar positf (true positive) di antara keseluruhan penderita yang menunjukkan hasil tes konfirmasi positif.(8) Nilai ini menjelaskan kita seberapa besar kemungkinan hasil tes positif menunjukkan adanya penyakit (1).Nilai Prediktif Negatif adalah persentase dari semua pasien yang benar-benar negative(sehat/true negative) diantara semua pasien yang menunjukkan hasil tes negatif (1). Jika dibandingkan dengan pemeriksaan standar emas, nilai prediktif positif adalah probabilitas subjek yang diidentifikasi positif oleh alat ukur benar-benar akan positif menurut standar emas di kemudian hari. Sedangkan, nilai prediktif negatif adalah probabilitas subjek yang diidentifikasi negatif oleh alat ukur akan benar-benar negatif menurut standar emas di kemudian hari(9).


PERHITUNGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS


Dalam pelaksanan test skrining/penapisan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap hasil test yang dilakukan dengan membandingkan hasil dengan Standar Emas atau standar yang paling baik (‘gold standard’) yang secara ideal akan memberikan 100 % hasil yang benar. Tes standar ini boleh jadi lebih mahal dan sangat memakan waktu yang lama atau mungkin kombinasi pelaksanaan investigasi di rumah sakit ini sangat tepat/realiabel untuk melakukan diagnosis tapi tidak cocok untuk penggunaan skrining/penapisan/penapisan yang rutin. (1) coba anda perhatikan gambar dibawah ini, apa yang bisa anda simpulkan ?



Kita analogikan pada kasus kanker servik dengan tes Pap Smears. Dari tabel 1. Dapat disimpulkan empat outcome yang dapat terjadi pada tes skrining/penapisan kanker serviks pada wanita usia subur. Seorang wanita dengan kanker serviks ketika di periksa dengan pap smear hasilnya juga positif kanker servik, disebut Positif Benar atau True positive’, sedangkan jika hasil tes pap smearnya negatif, disebut Positif Palsu atau ‘false positive’. Sedangkan jika wanita pada kenyataannya tidak menderita kanker serviks, pada tes pap smear pun menunjukkan hasil negatif, disebut dengan negative benar atau true negative, sebaliknya kalau hasil tes menunjukkan positif, maka disebut dengan negatif palsu atau ‘false negative’. 1) Berapa jumlah wanita dengan kanker serviks dan hasil paps smearnya menunjukkan positif ? 2) Berapa jumlah wanita sehat yang pada tes pap smear hasilnya negatif dan tes pap smear menunjukkan hasil positif? (Jawaban 1. PB ’50’; 2. NB’90’&PP’45’)

Untuk pengujian yang akurat harus menghasilkan kategori kelompok positif palsu dan negatif palsu yang sedikit. Jadi, bagaimana melakukan tes skrining/penapisan kanker serviks yang baik ? ada dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu seberapa baik tes skrining/penapisan ini mengidentifikasi wanita yang benar-benar menderita kanker serviks dalam artian kategori Positif benar ? dan seberapa tepat tes ini mengklasifikasikan wanita sehat pada tes pap smear negatif dalam artian kategori Negatif Benar ? (1). Untuk itu perhitungan sensitivitas dan spesifisitas dilakukan.


Spesifisitas mengukur seberapa sering tes menjadi negatif ketika sedang digunakan pada orang-orang yang kita tahu tidak memiliki penyakit. Idealnya, sebuah hasil tes konfirmasi untuk penyakit haruslah selalu negatif ketika digunakan pada orang yang sehat dan hal yang demikian disebut dengan memiliki spesifisitas 100 %(9). Dari hasil diatas, diketahui bahwa sensitifitas tes pap smear adalah 83% dan spesifisitas 67%. Dari hasil ini dapat disimpulkan, tes pap smear dapat mengklarifikasikan WUS dengan kanker serviks benar-benar sakit pada kenyataannya adalah sekitar 83%. Sedangkan, hasil tes paps semar dapat mengkonfirmasi wanita usia subur yang benar-benar bebas dari kanker serviks sesuai hasil dan kenyataannya sebesar 67%.

14 komentar:

Unknown mengatakan...

boleh minta no kontak tidak untuk bahan skripsi saya?

Unknown mengatakan...

mohon informasi referensi nya,..terimakasih,..

Najmah Usman mengatakan...

referensi materi

Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat, Rajagrafindo: Jakarta

http://najmah-buku.blogspot.co.nz/2016/09/buku-ke-2.html

Najmah, SKM, MPH

Najmah Usman mengatakan...


Cited: BAB SCREENING/PENAPISAN

Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat, Rajagrafindo: Jakarta

REFERENSI
1. Webb P, Bain C, Pirozzo S. Essential Epidemiology, An Introduction for
Students and Health Professionals. New York: Cambridge University Press;
2005.
2. Marchand R, Tousignant, Chang H. Cost-effectiveness of screening compared
to case-finding approaches to tuberculosis in long-term care facilities for the
elderly. International Journal of Epidemiology. 1999 28 Maret 2014;28:563-
70.
3. Last JM. A Dictionary of Epidemiology. Edition F, editor. New York: Oxford
University Press; 2001.
4. Bhopal RS, editor. Concepts of Epidemiology: An integrated introduction to
the ideas, theories, principles and methods of epidemiology; 2002. United
State: Oxford University Press; 2002.
5. Bonita R, Baeglehole R, Kjellstorm T. Basic of Epidemiology. Switzerland:
WHO Press; 2006 [cited. Available from: http://whqlibdoc.who.int/
publications/2006/9241547073_eng.pdf.
6. Unit Pengkajian Teknologi Kesehatan. Skrining Kanker Leher Rahim dengan
Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Jakarta: Departemen
Kesehatan; 2008 [cited. Available from: http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=279&Itemid=142.
7. WHO. The ASSIST project - Alcohol, Smoking and Substance Involvement
Screening Test. Journal [serial on the Internet]. 2007 Date: Available from:
http://www.who.int/substance_abuse/activities/assist/en/.
8. Ryadi S, Wijayanti. Dasar- Dasar Epidemiologi. Jakarta: Salemba Medika;
2011.
9. Murti B. Validitas dan Realibilitas Pengukuran. Journal [serial on the
Internet]. 2011 Date: Available from: http://fk.uns.ac.id/index.php/
download/file/61.
10. Giesecke J. Modern Infection Disease EPidemiology. Second Edition ed.
USA: Oxford University Press Inc.; 2002.
11. Timmreck TC. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta: EGC; 2001.

Najmah Usman mengatakan...

Sumber materi


http://najmah-buku.blogspot.co.nz/2016/09/buku-ke-2.html

BUKU EPIDEMIOLOGIuntuk Mahasiswa kesehatan masyarakat

Penerbit PT RAJAGRAFINDO, 2015
Sudah masuk cetakan ke 2, tahun 2016
INFO:

http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph

Unknown mengatakan...

Jika spesifitasnya 100% bagaimana cara meghitung nilai prediksi positif saya mencoba menghitung dengan sensitivitas = 0,9807 dan spesitifitas = 0,9807/1-1= apakah hasilnya tidak terhingga?

Muhammad Hamdi Arrohman mengatakan...

Terima kasih atas penjelasannya ilmunya sangat bermanfaat

BlogDokter.ID mengatakan...

infografisnya keren, jadi pengen juga buat

Purbianto mengatakan...

Untuk menggunakan uji statistik yang demikian, bagaimana menghitung rumus besar sampelnya ya..?

Unknown mengatakan...

Min mau tanya donk..apakah untuk menghitung spesifitas dan sensitivitas mesti buat grafik ROC dahulu?

Unknown mengatakan...

Slovin

nanda mengatakan...

terima kasih

Ragsa E.A mengatakan...

berdasarkan Rokach dan Maimon (2014), menghitung s𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎s=TP/(TP+FP) atau a/(a+b) (dimana a=True Positif), lalu yang benar rumus diweb ini atau bapak rokach dan maimon?

rafi. mengatakan...

PT. Sukses Abadi adalah perusahaan yang menjual pakaian jadi khusus untuk anak-anak,
memperkirakan dapat menjual 30.000 pcs dengan harga jual per unit Rp. 50.000, biaya variabel
per pcs Rp. 18.000 sehingga biaya untuk memproduksi dan menjual 30.000 pcs adalah Rp.
540.000.000 (30.000 x Rp.18.000) dan biaya tetap ditaksir sebesar Rp. 300.000.000. Apabila
anda seorang manager, maka buatlah analisis sensitivitas jika harga dinaikan 15% maka
penjualan akan berkurang 10% dan jika harga diturunkan 15%, maka penjualan akan naik 20%
dan berikan penjelasannya!

Bisa bantu kah ....

Posting Komentar