Pencegahan selalu lebih baik dari pada pengobatan, karena bisa meningkatkan produktivitas ketika dalam kondisi sehat. Namun, kebanyakan manusia mengetahui kondisi kesehatannya terganggu pada waktu yang terlambat. Sebagai contoh penyakit yang manifestasinya lama tetapi bisa diketahui sejak dini adalah kanker payudara. Kanker payudara bisa dideteksi secara dini, misalnya dengan mengetahui faktor keturunan (genetik), adanya benjolan yang bisa dilakukan sendiri (SADARI) ataupun melakukan pemeriksaaan mamografi. Walaupun payudara akan terpapar dengan radiasi dalam jumlah kecil, namun manfaat dari pemeriksaan mamografi lebih besar karena mengetahui adanya kemungkinan gangguan payudara sejak dini, akan mempercepat tindakan pengobatan, sehingga kemoterapi atau prosedur pengangkatan payudara (mastectomy) dapat dihindari.
Setiap penyakit atau kondisi kesehatan memiliki manifestasi gejala tertentu baik penyakit menular maupun tidak menular. Gejala ini terkadang tidak hanya bersifat spesifik bagi satu penyakit tetapi juga spesifik untuk beberapa penyakit lainnya. Gejala penyakit bisa berupa keluhan subjektif yang dirasakan seperti pusing, mual, rasa tidak enak di perut dan juga gejala yang simptomatik seperti badan panas, ruam-ruam di kulit, adanya benjolan dan sebagainya. Oleh karena adanya dua tipe manifestasi klinis inilah, skrining/penapisan harus dilakukan.
Terdapat perdebatan di berbagai negara mengenai pelaksanaan deteksi dini pada penyakit. Satu pihak menyatakan bahwa fokus deteksi dini merupakan populasi oportunistik dan yang lainnya menganggap lebih baik fokus pada populasi yang lebih luas. Ada beberapa persamaan diantara populasi luas (massa) dengan pendekatan berisiko tinggi (high risk) untuk pencegahan primer, meskipun tidak persis sama (1). Kata 'Skrining/penapisan' dan 'penemuan kasus' juga memiliki arti yang sedikit berbeda. Istilah 'skrining/penapisan' digunakan untuk deteksi dini dengan pendekatan populasi yang luas (population-wide approaches) dan 'penemuan kasus' untuk deteksi dini dengan pendekatan populasi oportunistik (opportunistic attempt approaches) (1).Meskipun skrining/penapisan ditujukan pada populasi luas, bukan berarti semua jenis populasi masuk ke dalam populasi skrining/penapisan. Kriteria populasi skrining/penapisan menyesuaikan dengan faktor resiko dari jenis penyakit yang akan diskrining/penapisan. contohnya tidak akan melakukan skrining/penapisan Kanker Leher Rahim (Ca-cervics) pada populasi anak-anak, atau melakukan skrining/penapisan kanker prostat pada populasi wanita. Menurut Marchand, et.al (1998) dalam pembahasan jurnalnya mengenai perbandingan efektivitas biaya antara skrining/penapisan dan penemuan kasus TBC, skrining/penapisan lebih efektif dibandingkan dengan penemuan kasus di fasilitas kesehatan dengan asumsi tidak terjadi infeksi nosokomial disana.(2)
Setiap penyakit atau kondisi kesehatan memiliki manifestasi gejala tertentu baik penyakit menular maupun tidak menular. Gejala ini terkadang tidak hanya bersifat spesifik bagi satu penyakit tetapi juga spesifik untuk beberapa penyakit lainnya. Gejala penyakit bisa berupa keluhan subjektif yang dirasakan seperti pusing, mual, rasa tidak enak di perut dan juga gejala yang simptomatik seperti badan panas, ruam-ruam di kulit, adanya benjolan dan sebagainya. Oleh karena adanya dua tipe manifestasi klinis inilah, skrining/penapisan harus dilakukan.
Terdapat perdebatan di berbagai negara mengenai pelaksanaan deteksi dini pada penyakit. Satu pihak menyatakan bahwa fokus deteksi dini merupakan populasi oportunistik dan yang lainnya menganggap lebih baik fokus pada populasi yang lebih luas. Ada beberapa persamaan diantara populasi luas (massa) dengan pendekatan berisiko tinggi (high risk) untuk pencegahan primer, meskipun tidak persis sama (1). Kata 'Skrining/penapisan' dan 'penemuan kasus' juga memiliki arti yang sedikit berbeda. Istilah 'skrining/penapisan' digunakan untuk deteksi dini dengan pendekatan populasi yang luas (population-wide approaches) dan 'penemuan kasus' untuk deteksi dini dengan pendekatan populasi oportunistik (opportunistic attempt approaches) (1).Meskipun skrining/penapisan ditujukan pada populasi luas, bukan berarti semua jenis populasi masuk ke dalam populasi skrining/penapisan. Kriteria populasi skrining/penapisan menyesuaikan dengan faktor resiko dari jenis penyakit yang akan diskrining/penapisan. contohnya tidak akan melakukan skrining/penapisan Kanker Leher Rahim (Ca-cervics) pada populasi anak-anak, atau melakukan skrining/penapisan kanker prostat pada populasi wanita. Menurut Marchand, et.al (1998) dalam pembahasan jurnalnya mengenai perbandingan efektivitas biaya antara skrining/penapisan dan penemuan kasus TBC, skrining/penapisan lebih efektif dibandingkan dengan penemuan kasus di fasilitas kesehatan dengan asumsi tidak terjadi infeksi nosokomial disana.(2)
1 komentar:
Sumber materi
http://najmah-buku.blogspot.co.nz/2016/09/buku-ke-2.html
BUKU EPIDEMIOLOGIuntuk Mahasiswa kesehatan masyarakat
Penerbit PT RAJAGRAFINDO, 2015
Sudah masuk cetakan ke 2, tahun 2016
INFO:
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Posting Komentar