Penelitian Experimental dalam Epidemiologi

on Minggu, 27 Oktober 2013
Secara garis besar, desain penelitian dalam epidemiologi terbagi menjadi dua group besar; penelitian experimental dan penelitian observasional. Pada bab ini, kita akan membahas penelitian experimental atau intervensi (intervention trial). Tujuan dari penelitian experimental adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya. Desain ini merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.  Misal, efek dari obat X dan obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan desain experimental, seperti;1) mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala infeksi saluran urin dengan hasil tes urine negatif  /negative urine dipstict testing (1) dan  efektivitas program MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada anak-anak (www.mendcentral.org)(2).

 
 
Gambar 1. Mind mapping penelitian experimental
 


Kelebihan penelitian experimental adalah memungkinkan untuk dilakukan randomisasi dan melakukan penilaian penelitian dengan double-blind. Teknik randomisasi hanya dapat dilakukan pada penelitian intervensi dibandingkan penelitian observasional. Dengan teknik randomisasi, peneliti bisa mengalokasikan sampel penelitian ke dalam dua atau lebih kelompok berdasarkan kritieria yang telah ditentukan peneliti (gambar 1, 2) lalu diikuti ke depan. Teknik randomisasi bertujuan untuk menciptakan karakteristik antar kelompok hampir sama dalam penelitian. Kemudian, desain ini juga memungkinkan peneliti melakukan double-blind, dimana peneliti maupun responden tidak mengetahui status responden apakah termasuk dalam kelompok intervensi atau non-intervensi.  Kekuatan desain ini bisa meminimalisir faktor perancu yang dapat menyebabkan bias dalam hasil penelitian. Kelemahan penelitian experimental berkaitan dengan masalah etika, waktu dan masalah pengorganisasian penelitian (3).


Gambar 2.             Alur Desain Penelitian Randomised Controlled Trial (RCT)



Gambar 2.            Alur Desain Penelitian Cluster Controlled Trial (CRCT)


Penelitan experimental dalam epidemiologi secara garis besar, dibagi menjadi dua kelompok besar; 1) penelitian experimen /randomised controlled trial (RCT) dan 2) penelitian experimen klaster / cluster randomised controlled trial (Cluster RCT). Experimen dengan desain RCT umumnya dilakukan untuk intervensi secara individu seperti percobaan obat baru, efektivitas vaksin sedangkan cluster RCT dilakukan untuk intervensi secara kelompok (cluster) seperti untuk melihat efektivitas promosi dan pelayanan kesehatan.  Dalam perhitungan analisa statistik dan perhitungan sampel, korelasi dan jumlah clusters lebih harus diperhitungkan dibandingkan desain RCT yang berasumsi setiap individu itu mandiri. Berikut perbedaaan RCT dan cluster RCT secara umum;(4)
Tabel 1.                   Perbedaan umum Cluster RCT dan Indivudually RCT (4)
Characteristics
Cluster Randomised Trial
Individually Randomised trial
Apa/Siapa yang dirandomisasi
Kelompok atau kluster
Individu/personal
Kejadian Intervensi (Nature of Intervention)

Sering dilaksanakan pada level kelompok/klaster (contoh puskesmas, desa, rumah sakit)
Diimpementasikan pada tingkatan individu
Ukuran sampel
Harus memperhitungkan
Nilai korelasi dalam  klaster-klaster
Mengasumsikan setiap orang itu mandiri/independen
Analisis
Harus memperhitungkan klaster
Mengasumsikan setiap orang

Crossover trials, Individual patient (n-of-1) trials,  community based cluster trials, non randomised intervention trials (elwood)

2 komentar:

Sri Wahyuni mengatakan...

sangat bermanfaat ijin shere ya...terimakasih....

Unknown mengatakan...

good

Posting Komentar