Secara garis
besar, desain penelitian dalam epidemiologi terbagi menjadi dua group besar;
penelitian experimental dan penelitian observasional. Pada bab ini, kita akan
membahas penelitian experimental atau intervensi (intervention trial). Tujuan dari penelitian experimental adalah
untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang
diprediksi sebelumnya. Desain ini merupakan metode utama untuk menginvestigasi
terapi baru. Misal, efek dari obat X dan
obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program kesehatan
terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan
desain experimental, seperti;1) mengukur efektivitas penggunaan antibiotik
terhadap perawatan wanita dengan gejala infeksi saluran urin dengan hasil tes
urine negatif /negative urine dipstict testing (1) dan efektivitas
program MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada
anak-anak (www.mendcentral.org)(2).
Kelebihan penelitian experimental adalah memungkinkan untuk dilakukan
randomisasi dan melakukan penilaian penelitian dengan double-blind. Teknik randomisasi hanya dapat dilakukan pada penelitian
intervensi dibandingkan penelitian observasional. Dengan teknik randomisasi,
peneliti bisa mengalokasikan sampel penelitian ke dalam dua atau lebih kelompok
berdasarkan kritieria yang telah ditentukan peneliti (gambar 1, 2) lalu diikuti
ke depan. Teknik randomisasi bertujuan untuk menciptakan karakteristik antar
kelompok hampir sama dalam penelitian. Kemudian, desain ini juga memungkinkan
peneliti melakukan double-blind,
dimana peneliti maupun responden tidak mengetahui status responden apakah termasuk
dalam kelompok intervensi atau non-intervensi. Kekuatan desain ini bisa meminimalisir faktor
perancu yang dapat menyebabkan bias dalam hasil penelitian. Kelemahan
penelitian experimental berkaitan dengan masalah etika, waktu dan masalah
pengorganisasian penelitian (3).
Penelitan
experimental dalam epidemiologi secara garis besar, dibagi menjadi dua kelompok
besar; 1) penelitian experimen /randomised
controlled trial (RCT) dan 2) penelitian experimen klaster / cluster randomised controlled trial (Cluster
RCT). Experimen dengan desain RCT umumnya dilakukan untuk intervensi secara
individu seperti percobaan obat baru, efektivitas vaksin sedangkan cluster RCT
dilakukan untuk intervensi secara kelompok (cluster) seperti untuk melihat
efektivitas promosi dan pelayanan kesehatan. Dalam perhitungan analisa statistik dan
perhitungan sampel, korelasi dan jumlah clusters lebih harus diperhitungkan
dibandingkan desain RCT yang berasumsi setiap individu itu mandiri. Berikut
perbedaaan RCT dan cluster RCT secara umum;(4)
Tabel 1.
Perbedaan umum Cluster RCT
dan Indivudually RCT (4)
Characteristics
|
Cluster Randomised Trial
|
Individually Randomised trial
|
Apa/Siapa yang
dirandomisasi
|
Kelompok atau
kluster
|
Individu/personal
|
Kejadian
Intervensi (Nature of Intervention)
|
Sering dilaksanakan
pada level kelompok/klaster (contoh puskesmas, desa, rumah sakit)
|
Diimpementasikan
pada tingkatan individu
|
Ukuran sampel
|
Harus
memperhitungkan
Nilai korelasi dalam
klaster-klaster
|
Mengasumsikan
setiap orang itu mandiri/independen
|
Analisis
|
Harus
memperhitungkan klaster
|
Mengasumsikan
setiap orang
|
2 komentar:
sangat bermanfaat ijin shere ya...terimakasih....
good
Posting Komentar